MENCEGAH agar anak terhindar dari aktifitas konsumsi minuman beralkohol (Minol), diperlukan pola pendidikan yang tepat bagi anak dan lingkungannya. Pendidikan dan keluarga jadi solusi jitu jauhkan anak dari bahaya minol.
Belakangan ini, tak sedikit anak di bawah umur tergiur untuk mengkonsumsi minol. Bila hal itu tak dapat diatasi, bisa jadi berdampak pada pembentukan karakter dan kesehatan anak di bawah umur. Hal tersebut dikemukakan Sekretaris Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Borneo Tarakan, Mety Toding Bua, S.Pd.,M.Pd yang menekankan perlunya kolaborasi pendidikan formal dan pendampingan keluarga terhadap anak di bawah umur.
“Harus ada sinergitas mendidik anak. Artinya pendidikan anak itu harus dikolaborasikan antara anak, orang tua dan guru. Jadi pendidikan anak di rumah dan di sekolah harus bersinergi dan seimbang,” ujar Mety kepada Koran Benuanta pada Kamis, 9 September 2021.
Menurut Mety, terdapat faktor-faktor yang mengundang anak di bawah umur untuk mencoba mengonsumsi minol, diantaranya faktor rasa penasaran dan ingin mencoba. Pasalnya, sosok anak memiliki hasrat untuk meniru keadaan sekitar, sehingga mereka ingin mencoba dari apa yang dilihatnya.
“Mereka lihat dari lingkungan sekitar termasuk dalam keluarga, jika ada keluarganya yang mengonsumsi minuman beralkohol, apalagi bila di lingkungan sekitar rumahnya memang sudah terbiasa dengan perbuatan tersebut, anak berpotensi mengikuti,” imbuh dosen PGSD FKIP UBT itu.
Bagi mantan aktivis Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UBT itu, di masa pandemi Covid-19 ini para peserta didik di bawah umur tergolong sangat rentan terhadap keinginan mengonsumsi minuman beralkohol, apalagi jika pengawasan orang tua atau keluarga terabaikan.
“Hal yang bisa dilakukan oleh orang tua yang pertama adalah dengan memberikan contoh yang baik kepada anak di rumah, yang kedua melakukan kolaborasi dengan anak dalam berbagai aktivitas di rumah yang dapat dilakukan secara bersama,” lanjut salah senior Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Tarakan itu.
Selanjutnya, orang tua perlu membangun pola komunikasi yang baik dengan anak. Dirinya mendorong para orang tua terbiasa menyediakan waktu untuk bercerita bersama anak. Namun hal tersebut dinilai sudah berkurang dilakukan oleh orang tua, seperti halnya alasan karena lelah atau sibuk dengan gadgetnya masing-masing.
Mety menilai, pada dasarnya hal tersebut terlihat sederhana namun konsepnya telah ada sejak lama, meski pelaksanaannya seringkali terabaikan. “Perhatian terhadap anak menjadi hal penting untuk dilakukan. Apalagi disaat pandemi ini, memberikan perhatian dan pengawasan pada anak harus menjadi poin penting untuk diperhatikan,” ucap wanita pegiat literasi tersebut.
Terdapat pula dampak apabila anak di bawah umur mengkonsumsi minuman beralkohol seperti halnya anak menjadi susah konsentrasi, moodnya kerap kali naik turun dan bisa juga bicaranya ngelantur. Ditambah juga, anak berpotensi melakukan kenakalan remaja, putus sekolah, pergaulan bebas dan masih banyak lagi. (tim2/*/krs/nik)