Genjot Ekonomi Kaltara, APINDO Kaltara Lakukan MoU dengan Universitas dari Singapura

TARAKAN – Genjot perekonomian di Kalimantan Utara (Kaltara), Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Kaltara akan bekerjasama dengan Universitas Lee Kuan Yew Singapura untuk melalukan pengkajian-pengkajian beberapa sektor ekonomi di Bumi Benuanta.

“Program saya pertama dibidang ekonomi Kaltara. Tadi ada Mou dengan Universitas Lee Kuan Yew Singapore, supaya nanti ada kajian-kajian itu kita bisa tahu ekonomi di Kaltara itu seperti apa, dan itu dari Bank Indonesia mendukung sekali. Supaya nanti kita kerjasama dengan universitas Lee Kuan Yew Singapore memang mereka berdata, dengan data itu kita bisa dapat mengkaji dan investor bisa masuk dan melihat bagaimana sih ekonomi di Tarakan ini. Apakah pandemi ini seperti di Jawa kan beda,” ujar Ketua DPP APINDO Kaltara, Peter Setiawan kepada benuanta.co.id, Selasa (13/7/2021).

Hal itu juga dilakukannya agar hubungan industrial tetap harmonis dan produktif di Kaltara, yang tujuannya bisa membela dan melindungi pengusaha-pengusaha di Kaltara. Selain itu diharapkan juga terciptanya lapangan kerja investasi supaya bisa masuk ke Kaltara. Pasalnya saat ini mencari investor diakuinya sangat sulit.

Baca Juga :  Besok Pasar Murah Dibuka di Pasar Agathis, Pembeli Khusus Pemilik Kupon

“Karena posisi pandemi ini, jadi dengan data yang kita dapat dari UMKM dan kerjasama dengan mereka nanti ada juga sekertariat untuk pelatihan UMKM di Boom Panjang supaya UMKM yang ada sekarang ini bisa berkembang dan bukan hanya di Kaltara saja tetapi secara luas. Seperti batik Kaltara juga, dari Gubernur Kaltara perintahkan agar semua harus pakai Kaltara. Nah ini kita mau coba untuk masuk dan mengembangkan UMKM yang ada di Kaltara,” terangnya.

Baca Juga :  Gubernur Koordinasikan Ekstra Flight Khusus Mudik Lebaran 

Selama pandemi APINDO menilai di Kaltara sektor perikanan memang lebih mendominasi dibandingkan sektor lainnya.

“Karena kalau tidak ada perikanan mungkin sulit ya, dan Gubernur juga mau mengembangkan bidang perikanan. Saya rasa itu tidak terlalu berdampak seperti yang di Jawa, kalau di Jawa kan hanya buka toko, buka pabrik akhirnya tutup (selama pandemi). Berbeda dengan kita yang masih tambak, ya ada dampak tetapi tidak signifikan,” tukasnya.

Reporter : Yogi Wibawa

Editor :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *