DLH Sebut Banjir di Malinau Kemarin Bukan Banjir Terbesar, 1979 Lebih Parah

MALINAU – Sempat dikatakan sebagai banjir terbesar selama 20 tahun terakhir dan merupakan siklus banjir per decade, bencana yang terjadi di Kabupaten Malinau beberapa waktu lalu ternyata belum seberapa dibandingkan dengan banjir yang pernah terjadi pada tahun 1979.

Menurut Kepala Dinas Ligkungan Hidup (DLH) kabupaten Malinau yang juga merupakan tokoh masyarakat adat Desa Pulau Sapi, Frent Tommi Lukas, banjir yang terjadi pada tahun 1979 lalu lebih parah dibandingkan dengan banjir beberapa waktu lalu.

Calon Gubernur Kalimantan Utara 2024-2029 Pilihanmu
1956 votes

“Pernah banjir besar sebelumnya di tahun 1979, bedanya banjir saat ini luapan naiknya air dan turunnya air itu sangat cepat, sehingga kondisi cepat stabil. Kalau dulu, itu sebaliknya. Air naik perlahan hingga ke wilayah Malinau kota saat ini dan turunnya juga sangat lama,” kata Tommi.

Baca Juga :  Ditinggal Liburan, Rumah Seorang Pendeta di Malinau Ludes Terbakar

Sempat dikatakam sebagai siklus banjir 20 tahunan, namun Tommi menepis hal itu. Ia menjelaskan, sebelum Kabupaten Malinau menjadi wilayah otonomi sendiri, banjir besar di Malinau selalu terjadi per 10 tahun sekali. Namun kali ini keadaan sudah jauh lebih baik, karena banjir besar datang dengan kurun waktu yang lebih lama.

“Dulu itu malah 10 tahun sekali. Tapi perlahan dengan baiknya tata kelola lingkungan kita dan tata penduduk kita, banjir pun kita bisa antisipasi. Bahkan waktunya sekarang baru terjadi setelah banjir 20 tahun yang lalu, yakni pada tahun, 1999,” bebernya.

Baca Juga :  Ditinggal Liburan, Rumah Seorang Pendeta di Malinau Ludes Terbakar

Ia juga menjelaskan, siklus banjir yang terjadi di Malinau memang sangat sangat sulit untuk dicegah, karena berbuhungan dengan siklus aliran sungai yang terhubung dengan wilayah Kaltara.

Di mana pada kurun waktu tertentu, perputaran air sungai yang menghubungkan wilayah Nunukan, Bulungan dan Malinau, akan berubah tidak menentu. Ditambah dengan siklus hujan yang tinggi dan datangnya air kiriman dari hulu yang terhubung dengan wilayah Malayasia.

Baca Juga :  Ditinggal Liburan, Rumah Seorang Pendeta di Malinau Ludes Terbakar

“Memang siklus alam yang membuatnya terjadi. Kita hanya bisa memperbaikinya seperti saat ini, jika dulu banjir besar datang tiap 10 tahun, saat ini malah 20 tahun baru banjir besar lagi dan keadaan itu pasti bisa semakin baik dengan adanya tata kelola lingkungan kita,” tutupnya.(*)

 

Reporter : Osarade

Editor : M. Yanudin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *