BMKG: Seroja, Siklon Tropis Terkuat Kedua Setelah Kenanga

Jakarta – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut Siklon Tropis Seroja yang melewati Nusa Tenggara Timur merupakan terkuat kedua setelah Siklon Tropis Kenanga.

Siklon Tropis Seroja memiliki kecepatan maksimum (70 kt/971 mb), sementara dibandingkan Siklon Tropis Kenanga memiliki kecepatan maksimum (100kt/942mb).

Calon Gubernur Kalimantan Utara 2024-2029 Pilihanmu
2127 votes

“Secara kesimpulan, Siklon Tropis Seroja memang kedua terkuat sejak 2008, setelah Siklon Tropis Kenanga di selatan Jawa,” ujar Koordinator Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Miing Saepudin dalam diskusi daring Bencana Hidrometeorologi NTT akibat Siklon Seroja yang dipantau dari Jakarta, Kamis.

Baca Juga :  Demi Kepentingan Konsumen, BPKN Desak Pelaku Usaha RT RW Net untuk Mengikuti Regulasi di Kemenkominfo

Miing menjelaskan sejak 2008, pihaknya memonitor 10 siklon tropis dalam jangkauan Pusat Peringatan Dini Siklon Tropis (TCWC) dari Jakarta. Siklon Kirrily, Cempaka, Dahlia, Lili, Seroja termasuk yang cukup intens dampaknya. Siklon paling banyak terbentuk di bulan April-Mei hingga November-Desember.

“Siklon Seroja sejak bibit saja menimbulkan curah hujan cukup ekstrem. Curah hujan lebih dari 300 mm satu hari, itu curah hujan dalam sebulan yang ditumpahkan satu hari, jadi menimbulkan banjir, longsor,” kata Miing.

Baca Juga :  Presiden: Jadikan Hari Kartini Lambang Perjuangan Perempuan

BMKG pun mengamati Siklon Tropis Seroja tersebut merupakan yang paling lama siklus hidupnya, dan jalurnya paling panjang yakni sepanjang NTT hingga Barat Daya Australia.

Miing mengatakan siklon tropis yang melalui wilayah Indonesia, terutama di NTT, banyak terbentuk di bulan April.

Sehingga, Miing mengimbau diperlukan kewaspadaan Siklon Tropis di wilayah Selatan Indonesia antara bulan November-Mei, dengan tingkat kejadian lebih tinggi yang dapat terjadi pada bulan April, Mei, November, dan Desember.

Baca Juga :  Presiden: Jadikan Hari Kartini Lambang Perjuangan Perempuan

“Kemudian tantangan lainnya terkait pengurangan risiko dampak siklon tropis adalah peningkatan pemahaman dan respon masyarakat terhadap informasi dan peningkatan infrastruktur lingkungan dalam menghadapi bencana,” ujar Miing.

Kemudian BMKG mengimbau potensi bencana lain seperti kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), dikarenakan wilayah Indonesia akan memasuki awal musim kemarau pada Mei-Juni 2021.(ant)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *