Menyemai Berkah Ramadan di Tengah Pandemi

Oleh: Muhammad Rizky Radhiyya S.M

(Grand Finalis Da’i Muda Indonesia 2018)

Calon Gubernur Kalimantan Utara 2024-2029 Pilihanmu
1221 votes

 

RAMADAN kedua masih dalam keadaan pandemi, tentu banyak hal berbeda yang akan dirasakan pada Ramadan kali ini. Salah satu yang paling kentara pada beberapa kebijakan mudik, dengan keharusan beberapa patron peraturan banyak masyarakat yang harus rela berdiam di kota tempat perantauan kendati rindu telah menggebu.

Ramadan kali ini memang terasa kian berbeda, ditambah lagi runtutan kejadian bencana dan musibah yang melanda sebagian besar daerah di Indonesia. Kondisi pandemi covid-19 memaksa masyarakat untuk diutamakan salat tarawih di rumah, banyak beraktivitas di dalam rumah, saat keluar mesti menjaga jarak atau paling tidak menggunakan masker. Satu hal yang cukup miris pada kondisi ekonomi kian hari kian tidak menentu, bahkan terbilang sulit.

Keadaan pandemic Covid-19 tentu bukan alasan untuk berdampak pada kekhusukan puasa Ramadan. Justru, dengan kondisi seperti ini menjadi kunci banyaknya kebaikan yang bisa dituai. Salah satu keistimewaan bulan puasa Ramadan kali ini adalah bentuk menjaga kualitas ibadah puasa. Abul ‘Aliyah –seorang tabi’i- menyatakan: Seorang yang berpuasa berada dalam keadaan beribadah selama ia tidak berghibah (menggunjing orang lain). (riwayat Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnaf no 8982).

Itu yang kemudian jika puasa dilakukan lebih banyak aktivitas di dalam rumah sehingga jarang bertemu dengan orang lain. Sebaliknya saat melakukan aktivitas di luar rumah, biasanya membuat kualitas ibadah puasanya berkurang, karena jika bertemu dengan orang lain maka kegiatan yang dilakukan adalah membicarakan keburukan. Hal-hal inilah yang sering kali membuat kualitas ibadah puasa berkurang.

Kondisi itu juga menjadi berkah bagi lisan umat muslim, aktivitas di dalam rumah membuat lebih sadar diri. Berbeda saat berkumpul dengan teman, atau orang lain tidak jarang keluar perkataan kotor juga kalimat-kalimat tidak pantas saat tengah berpuasa Ramadan. Puasa adalah tameng, maka janganlah berbuat rofats (ucapan atau perbuatan kotor), dan jangan berbuat kebodohan (H.R al-Bukhari no. 1761I). Berdiam diri di rumah akan menjaga ucapan dari perkataan-perkataan buruk.

Kendati pandemi berdampak buruk pada beberapa aspek kehidupan, sekaligus juga Covid-19 menyadarkan manusia sebagai seorang hamba untuk lebih dekat dengan keluarga dan menumbuhkan rasa kasih sayang antar sesama keluarga. Ruang gerak yang dibatasi akibat pandemi membuat seluruh anggota keluarga untuk tetap berada di rumah. Keadaan ini menjadikan rumah sebagai tempat untuk saling mendekatkan diri satu sama lain dan saling bercengkrama bersama.

Selain daripada itu, faktor lain yang kini menjadi sebuah berkah adalah bentuk perhatian pada gizi dan kebutuhan makanan sehat. Kondisi Covid-19 ini tentu memberikan pelajaran guna memperhatikan kesehatan tubuh, tentunya dengan memilih makanan dan kandungan gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Hendaknya makanan yang dikonsumsi memang benar-benar sudah bersih, juga sehat. Sehingga nantinya makanan atau minuman tersebut bisa dinikmati bersama seluruh keluarga.

Beberapa hal tersebut merupakan hikmah baik di balik keberadaan pandemi Covid-19. Jika selama ini Ramadan dilaksanakan bersamaan dengan aktivitas kesibukan pribadi, maka ramadhan kali ini sebagai momentum banyak menghabiskan waktu bersama keluarga terdekat. Kehangatan bercengkrama dengan keluarga kian terasa. Sehingga semangat di bulan Ramadan harus tetap dipertahankan. Tidak ada hal yang berkurang di dalam pelaksanaan ibadah di rumah.(*)

 

Catatan: Tulisan ini menjadi tanggung jawab dari penulis jika ke depan berdampak sosial atau delik hukum.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *