Mengendus Jejak Germo

PIKIRANNYA kacau tak karuan setelah ada rencana pengurangan karyawan. Harap – harap cemas agar bukan namanya yang tercantum di lembaran kertas, yang siapa saja tidak boleh menolak. Ternyata, kekhawatiran itu datang disaat yang tidak diinginkan. Ia harus angkat kaki dari perusahaan di masa pandemi covid-19.

Belum lagi ia yang diandalkan sebagai tulang punggung keluarga, sudah pasti hari-harinya terdesak kebutuhan ekonomi. Tubuhnya yang seksi nan menawan mengantarkanya jadi wanita pemuas nafsu lelaki hidung belang. Jalan pintas itu terpaksa dipilihnya setelah bertemu beberapa germo yang menjanjikan banyak pendapatan untuknya.

Calon Gubernur Kalimantan Utara 2024-2029 Pilihanmu
2128 votes

RANJANG berselimut putih kamar 203 disalah satu hotel Tarakan menjadi saksi bisu kala TA dan TY beradegan three some dengan seorang pria hidung belang. Tubuh seksi dan mulus milik TA menjadikan siapa saja tertarik padanya. Begitu juga dengan pria hidung belang yang dilayaninya malam itu.

Lebih dulu memilihnya karena tubuh TA yang bikin birahi cepat naik. Belum lagi beradegan layaknya suami istri dimulai, TA dan TY sudah mengenakan pakaian terbuka.

TA, TY, dan pria hidung belang yang penuh dengan pikiran nafsu sudah berada di atas ranjang. Pria bertubuh gempal dan TA tak lagi mengenakan pakaian. Setiap sisi tubuh TA bebas untuk dipandangi. Sementara TY yang juga ikut dalam adegan itu, berbaring tanpa busana tepat di sebelah pria yang sudah ditunggangi TA di atasnya. Demi uang yang harus didapatkan dari pekerjaan terlarangnya, TA tampil maksimal demi memuaskan nafsu.

Pria yang menyewa keduanya dari transaksi MiChat tersebut masih saja menikmati gerakan TA yang berada di atas perutnya. Sementara tubuh mungil TY tak lepas dari gerayangan tangan si pria yang juga tak sabar untuk menungganginya.

Bagian tubuh mulus TA pun tak lepas sentuhan dan remasan pria yang membayar jasa keduanya sekitar Rp2 juta untuk sekali adegan three some. Pria itu begitu menikmati servis keduanya, terlebih TA yang makin liar ditambah suara manja TA dan TY. Membuat hanyut si pria hingga tubuhnya terasa lemas tanda sudah mengeluarkan cairan birahi.

Adegan three some berhenti sejenak sebelum si pria merasakan tubuh TY yang masih menebar aura sensual. Belum sempat adegan itu dimulai, pintu kamar 203 di lantai dua hotel itu terdengar suara ketukan. DY yang mendengar ketukan itu buru-buru mengambil handuk putih yang dilepasnya di atas ranjang, dan menuju pintu kamar. Ketika dibuka, ternyata sudah ada gerombolan polisi berbaju preman menunggu di luar kamar.

Sebelum keduanya berurusan dengan Satreskrim Polres Tarakan, TA bekerja disalah satu dealer kendaraan ternama di Ciledug, Tangerang. Kariernya tamat di dealer itu saat masa pandemi menghantam Indonesia.

Terdesak ekonomi menjadi salah satu alasan TA jadi pemuas nafsu lelaki. Tak lama setelah pengurangan, TA bertemu DY yang saat itu sedang bersama teman-temannya. Setelah mengetahui TA membutuhkan kerja, TY pun mengajak TA bertemu seseorang yang diduga seorang germo untuk ikut bekerja bersamanya sebagai wanita pemuas nafsu.

TA mengiyakan tawaran itu, dan langsung berangkat ke Tarakan bersama TY.

“Sampai di Tarakan tanggal 11 Februari. Dari bandara langsung ke hotel, lalu istirahat sehari baru buka layanan lewat aplikasi MiChat,” ungkap TA.

TA yang terbilang masih baru di dunia kerjanya itu harus melayani pria hidung belang setiap harinya. Selama enam hari di Tarakan, TA dan TY melayani delapan pria hidung belang. Semuanya didapatkan melalui aplikasi MiChat. Kata TA, sang ayah sudah tak bekerja lagi dan dirinya harus menjadi tulang punggung keluarga.

Maklum, sang ayah hanya pensiun sopir taksi dan tak ada penghasilan lainnya. Terlebih, sang keluarga pun tak tahu pekerjaan dan tujuan TA berangkat ke Tarakan.

Meski telah berbuat hal terlarang, TA tampaknya tak ingin lupa begitu saja pesan orangtuanya. Ke mana pun ia pergi, mukenah selalu dibawa TA dalam kopernya. Malam itu sebuah mukenah digantung di dalam lemari kamar hotel, sementara lingerie (pakaian wanita tembus pandang) di gantung di luar lemari. “Ibu saya berpesan, senakal-nakalnya kita jangan lupa sholat,” akunya.

Pria yang tadinya ingin melanjutkan adegan dengan TY dibuat tak berkutik saat personel polisi dari Satreskrim Polres Tarakan menggerbek kamar itu. Begitu juga dengan TA dan TY yang hanya bias terdiam dan menjawab serta harus menjawab semua pertanyaan dari polisi.

Saat penggerbekan, TA dan DY sudah berbalut handuk untuk menutupi tubuh mereka. Begitu juga dengan si pria yang diminta mengenakan pakaian dan dicecar pertanyaan.

“Lagi ketemuan sama teman aja pak. Nggak ngapa-ngapain,” ujar TA menjawab pertanyaan personel polisi malam itu.

Polisi tak mau percaya begitu saja, lalu melanjutkan penggeledahan barang-barang bawaan keduanya. Polisi makin curiga dengan ditemukannya dua kotak kondom merk sutra dari dalam tas TA. Satu kotak kondom sudah habis terpakai, sedangkan satunya masih berisi.

Tak hanya itu, polisi juga menemukan sejumlah uang kurang lebih Rp4 juta dan kertas bertuliskan pemasukan keduanya selama melayani pria hidung belang. Barulah TA terdiam setelah adanya bukti tersebut.

“Iya pak, kita buka BO (Boking Out),” singkatnya menjawab dengan wajah datar.

Seluruh ruangan kamar hotel tak luput dari pemeriksaan polisi. Begitu juga dengan koper yang dibawa keduanya dari Jakarta. Di tong sampah kamar mandi, polisi menemukan beberapa kondom bekas pakai.

Di antaranya masih tersimpan cairan sperma hasil hubungan terlarang. Kata TA, ia dan rekannya baru saja melayani pria hidung belang dengan praktik treesome. Namun begitu, diakuinya DY tidak ikut melakukan adegan suami istri hanya dirinya yang berhubungan badan dengan pria hidung belang.

“Tidak lama pak, sebentar saja sudah keluar. TY hanya dielus-elus saja,” jawab TA kepada personel polisi malam itu.

Belum selesai menjawab pertanyaan polisi, TA beranjak ke kamar mandi. Ketika ditanya keperluannya ke kamar mandi, TA mengaku sedang datang bulan dan harus mengganti alat penyumbatan haid yang digunakannya.

Sebelum melakukan adegan treesome, handphone pelanggan terlebih dulu diperikasa keduanya. Tujuannya menghilangkan jejak komunikasi di aplikasi MiChat. Dengan begitu, polisi tak dapat menemukan bukti kuat komunikasi pelayanan seks melalui aplikasi tersebut.

Setelah mendapatkan keterangan dati TY dan TA mengenai germo yang menggerakan mereka, Unit Tipiter Satreskrim Polres Tarakan langsung bergerak dengan memberangkat satu tim untuk menangkap dalang prostitusi online tersebut.

Tak membutuhkan waktu lama, MY dan DB SEBAGAI muncikari berhasil ditangkap di daerah Daan Mogot Jakarta Barat pada Minggu, 21 Februari 2021. Diterangkan Kapolres Tarakan, AKBP Fillol Praja Arthadira melalui Kasat Reskrim Polres Tarakan, IPTU Muhammad Aldi ketika mendapatkan informasi mengenai lokasi para mucikari, Unit Tipiter Satreskrim Polres Tarakan langsung diberangkatkan ke Jakarta.

“Kedua tersangka diamankan di daerah indekos Daan Mogot,” terangnya kepada awak media.

MY dan DB membuka layanan pemuas hasrat lelaki melalui aplikasi MiChat di smartphone. Jika ada pelanggan yang menginginkan layanan three some, MY dan DB langsung memberangkatkan wanita pesanan kliennya ke daerah tujuan. “Keduanya masing-masing berperan sebagai admin MiChat dan mengatur keuangan,” ungkapnya.

Kata Aldi, kedua mucikari ini mematok harga yang bervariasi paling rendah Rp2 juta. Keduanya juga mempekerjakan kurang lebih 10 wanita, yang dikontrol langsung dari Jakarta. “Kedua korban ditetapkan sebagai korban pasal Tindak Pidana Perdagangan Online (TPPO) dan Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE),” sebutnya.

Setelah menangkap jaringan nasional, Satreskrim Polres Tarakan kembali mengendus jejak muncikari lainnya yang bergerak di wilayah Tarakan. Ialah MR alias AG (25) yang yang ditangkap Subdit Renata Ditkrimum Polda Kaltara, bersama Sat Reskrim Polres Tarakan khususnya unit Tipidter pada Ahad.

MR yang ditangkap dengan barang bukti uang Rp1 juta dari tangannya itu, sering kali mencari pelanggan baru di tempat hiburan malam (THM) di Tarakan.

“Jadi begitu mencari, menawarkan, dan mendapatkan pelanggan, MR bertugas menjadi penghubung antara pekerja seks komersial (PSK) dengan pelanggan, lalu juga membukakan hotel,” terangnya.

Aldi lanjut menjelaskan, setelah penawarannya deal dengan pelanggan, MR memesan hotel lalu meminta PSK untuk menunggu pelanggannya di kamar hotel tersebut. MR yang sudah berada di Rumah Tahanan (Rutan) Polres Tarakan itu, belum didapatkan bukti terlibat TPPO di luar Tarakan. Berdasarkan introgasi yang dilakukan, MR hanya beraksi di seputar wilayah Kota Tarakan.

“Berdasarkan keterangan MR, dirinya terbilang baru dan memasang tarif senilai Rp1 Juta kepada pelanggan yang ditemuinya di tempat hiburan malam Kota Tarakan,” ujar Aldi.

MR sebelumnya juga pernah ditahan kepolisian pada tahun 2014 dan bebas pada tahun 2015, namun dengan kasus yang berbeda, yaitu penyalahgunaan narkotika. Selain itu, MR juga menyebutkan, dirinya terbilang baru (amatir) dalam melakukan perdagangan yang memuaskan nafsu pria hidung belang ini.

“Biasa dapat persenan Rp 400 ribu kalau tarifnya Rp1,5 juta, tapi kadang ditawar pelanggan sampai Rp1 juta, jadi saya nggak dapat persenan,” ujar MR saat diwawancarai.

MR mengaku, selain berprofesi sebagai perantara PSK dengan pria hidung belang, MR juga menjalankan bisnis salon di Tarakan. “Gak pernah tawarkan mahasiswa atau di bawah umur, saya baru-baru aja begini, biasanya sekali ‘crot’ saya tawarkan Rp1,5 juta, kalau mereka mau lebih, itu dari kesepakatan mereka aja,” sebut MR.

Dari hasil interogasi Sat Reskrim Polres Tarakan, terdapat 3 orang PSK yang ditawarkan tersangka kepada pelanggan, namun pada saat diamankan, MR hanya bersama dengan 1 orang PSK. Pasal yang dikenakan kepada MR, yaitu pasal 2 ayat 1, UUD nomor 21 tahun 2007 tentang pemberantasan TPPO, atau pasal 296 KUHP atau 506 KUHP. (kik/ram/bn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *