Waspada, Ada Kampus yang Sudah Terpapar Radikalisme

TANJUNG SELOR – Dalam rangka pencegahan paham radikalisme dan terorisme di lingkungan pendidikan, kegiatan mahasiswa saat ini menjadi pantauan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Pasalnya ada perguruan tinggi terpantau mengajarkan intoleransi dan tindakan radikal.

“Memang ada beberapa kampus di beberapa provinsi sampai saat ini menjadi perhatian khusus untuk FKPT, Binda dan Densus 88. Karena kampus ini dari dosen, mahasiswa dan ASN-nya terlibat dalam paham radikalisme,” ungkap Kasubdit Pemberdayaan Masyarakat BNPT, Moch. Chairil Anwar kepada benuanta.co.id, Selasa 6 April 2021.

Kata dia, kegiatan mahasiswa yang tidak ada sangkut pautnya dengan syiar agama, di kampus tersebut dilarang. Salah satu contoh yang telah ditemui, kampus itu melarang kegiatan musik.

“Misalnya ada mahasiswa yang bermain gitar, maka itu dilarang oleh mereka. Sampai di rumah semua kegiatan seperti ke kuburan itu dilarang, tahlilan yang dilakukan orang rumah itu dilarang juga,” bebernya.

Supaya tidak menyimpang terlalu jauh, BNPT langsung melakukan pendekatan mengajak kembali ke arah jalan yang benar. Pihaknya pun memberikan saran agar semua kampus ada buku saku dan kurikulum radikal terorisme. “Di Indonesia baru satu kampus di Kendari yang menerapkan kurikulum radikal terorisme,” ujarnya.

Baca Juga :  Menimbang Kebijakan Efesiensi dan Dampak Ekonomi di Kaltara

BNPT pun menjalin kerja sama dan mendorong agar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, agar kampus yang ada di bawah naungannya menerapkan kurikulum itu.

Kemudian kerja sama itu juga dilakukan dengan Kementerian Agama dan Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional. “Jadi di Kementerian sudah kita kerja sama, realisasinya memang tidak terlalu nampak karena itu tupoksi mereka,” tuturnya.

BNPT juga fokus memberikan pemahaman kepada para pelajar, terutama di tingkat menengah atas. Sehingga peran guru sangat besar dalam memberikan pemahaman. Saat mendapati siswanya mengalami penurunan nilai pendidikan, segera mengambil langkah tepat.

“Saat ditemukan anak sekolahnya rajin, biasanya nilai bagus, tapi ke sini nilainya turun. Maka guru juga kita bekali agar mengetahui perubahan pada siswanya itu,” ujarnya.

Baca Juga :  Padi Kaltara Ditargetkan Hasilkan 40 Ribu Ton per Tahun

Rektor Universitas Borneo Tarakan, Prof. Adri Patton saat menjadi peserta monitoring pelibatan masyarakat dalam pencegahan terorisme melalui FKPT menuturkan, paham radikalisme, terorisme dan intoleransi adalah musuh terbesar bangsa Indonesia.

“Karena itu sudah melanggar 4 pilar kebangsaan, di antaranya Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Kebhinekaan dan NKRI,” ucapnya.

Pencegahan paham radikalisme dalam lingkup akademisi memang sangat penting. Pasalnya teror yang terjadi selama ini baik di media sosial, bom dan secara langsung itu sudah mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat.

“Ini sangat penting, terutama kita melakukan berbagai macam sosialisasi pada kelompok organisasi masyarakat tertentu,” ujarnya.

Pihaknya juga melakukan koordinasi terhadap proses penerimaan mahasiswa baru. Sebelum memulai proses belajar mata perkuliahan, akan diberikan kuliah umum tentang bahaya terorisme, radikalisme dan intoleransi.

“Nanti kita berikan pemahaman kepada mahasiswa bahaya terorisme, sehingga nantinya ke depan masing-masing masyarakat mengerti dan mampu,” paparnya.

Baca Juga :  Polresta Bulungan Minta Pemda Lebih Perhatikan Kelengkapan Speedboat

Adri Patton menuturkan, penanganan terorisme ini tidak hanya dari TNI Polri saja, tapi berkesinambungan bekerjasama dengan masyarakat. Dari masyarakat inilah nanti memberikan informasi saat ada orang baru hadir di daerahnya.

“Saat ada informasi maka ini bisa dilacak, contoh melihat beberapa kasus pengeboman, walaupun jasad hancur tapi masih dapat diketahui dari ante mortemnya asal orang tersebut,” jelasnya.

“Saat dikonfirmasi kepada orang-orang sekitarnya ternyata orangnya tertutup, selalu menyendiri, inilah ciri-ciri. Hal inilah yang perlu dikomunikasikan dan sosialisasikan kepada masyarakat,” sambungnya.

Prof. Adri pun telah memerintahkan Wakil Rektor 1 UBT untuk melakukan studi banding ke Universitas Haluoleo Kendari terkait penerapan buku saku dan kurikulum radikal terorisme. “Sudah saya perintahkan agar studi banding,” bebernya.

Disinggung terkait adanya mahasiswa yang terpapar radikalisme di UBT, dirinya langsung mengklarifikasi bukan dari tempatnya. “Bukan di kita, itu tempat lain,” pungkasnya.(*)

Reporter: Heri Muliadi
Editor: M. Yanudinl

WhatsApp
TERSEDIA VOUCHER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *