Porang: Tanaman Asli Indonesia yang Menjajikan

JAKARTA – Porang atau bahasa latinnya Amorphophallus oncophyllus akhir-akhir ini namanya menjadi trend sejak Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo melepas ekspor sebanyak 60 ton atau setara 1,2 milyar ke negeri China.

Terlebih peminatnya bukan hanya China tapi diminati juga oleh sembilan negara lainnya, antara lain Jepang Vietnam, Thailand, Hongkong, Malaysia, Korea Selatan, New Zealand, Italia dan Pakistan.

“Tren permintaannya di pasar dunia terus meningkat. Berharap para petani dan eksportir muda untuk memanfaatkan peluang ekspor porang ini,” ujar Syahrul ditemui saat melepas ekspor Porang, Selasa (19/11) lalu.

Untuk tahun 2019 sejak awal Januari hingga pertengahan November 2019 jumlah ekspor porang dari Provinsi Jawa Tengah totalnya sebanyak 509 ton. Lalu apa sebetulnya yang menarik dari tanaman porang ini, sehingga banyak para investor memburu akan tanaman ini.

Baca Juga :  Buruan Healing! Tarif Jasa Kebandarudaraan Diskon 50 Persen dan Tiket Pesawat Diskon 10 Persen

Tanaman porang, seperti halnya dengan tanaman umbi-umbian lain mengandung karbohidrat, mengandung lemak, protein, mineral, vitamin dan serat pangan. Karbohidrat merupakan komponen penting pada umbi porang yang terdiri atas pati, glukomannan, serat kasar dan gula reduksi.

Kandungan glukomannan yang relatif tinggi merupakan ciri spesifik dari umbi porang.  Glukomannan dapat dimanfaatkan pada berbagai industri pangan antara lain untuk produk makanan, seperti konnyaku, shirataki (berbentuk mie), sebagai bahan campuran/tambahan pada berbagai produk kue, roti, es krim, permen, jeli, selai, dan bahan pengental pada produk sirup dan sari buah.

BACA JUGA :  Gubernur Tertarik Budidaya Tanaman Porang di Kaltara

Selain itu, Glukomannan dimanfaatkan oleh industri kimia dan farmasi antara lain bahan pengisi dan pengikat tablet, bahan pelapis (coating dan edible film), bahan perekat (lem, cat tembok), pelapis kedap air, penguat tenunan dalam industri tekstil, media pertumbuhan mikrobia, dan bahan pembuatan kertas yang tipis, lemas, dan tahan air.

Baca Juga :  Periksa Speedboat di SDF Tarakan, Polisi Temukan 2 Buruh Positif Metafemtamina
Tanaman porang yang dibudidaya

Pada setiap warna umbi berbeda kandungan glukomannannya, untuk Porang dengan umbi warna kuning (A. oncophyllus) mengandung glukomannan sekitar 55% dalam basis kering, sementara porang dengan umbi warna putih (A. variabilis) sedikit di bawahnya, yakni 44%. Kadar glukomannan dalam ubi sangat ditentukan umur tanaman pada saat panen.

Apabila tanaman dipanen pada satu periode tumbuh, kadar glukomannan dalam ubi berkisar antara 35-39%. Kadar tersebut terus meningkat sejalan dengan umur panen yaitu 46-48%, dan 47-55% masing-masing pada dua dan tiga periode tumbuh.

Baca Juga :  Jaringan Listrik PLTA Mentarang ke KIHI Mulai Disosialisasikan

Namun dimulai saat tanaman mulai berbunga hingga biji mulai masak, kadar glukomannan menurun hingga 32-35%. Oleh karena itu panen ubi sebaiknya dilakukan sebelum tanaman mulai berbunga.

Untuk persyaratan tumbuh, tanaman porang mempunyai sifat khusus yaitu toleran terhadap naungan antara 40%-60%, oleh karena itu dapat ditumpangsarikan dengan tanaman keras (pepohonan).

Di Indonesia, porang banyak tumbuh liar di pekarangan atau di pinggiran hutan, di bawah naungan pepohonan lain. Pada kondisi tumpangsari tersebut jarak tanam yang dianjurkan adalah 90 cm x 90 cm, sehingga populasinya sekitar 5.000-9.000 tanaman/ha, tergantung jarak tanam tanaman pokok dan tingkat penutupan kanopi tanaman.(*)

 

SUMBER : www.litbang.pertanian.go.id

WhatsApp
TERSEDIA VOUCHER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *