Usaha Rumah Burung Walet Menjanjikan, Pengusaha di KTT Ini Raup Untung Hingga Ratusan Juta Rupiah

TANA TIDUNG – Kabupaten Tana Tidung (KTT) menyimpan potensi bisnis yang bernilai tinggi. Di kawasan ini kerap ditemukan Rumah Burung Walet (RBW) yang kokoh dibangun warga.

Seperti yang diketahui bahwa burung walet terkenal dengan sarangnya yang bernilai ekonomis tinggi, sehingga tak mengherankan di lima Kecamatan yang ada di KTT banyak ditemui RBW.

Calon Gubernur Kalimantan Utara 2024-2029 Pilihanmu
1991 votes

Fazrin seorang pengusaha RBW mengatakan, bisnis sarang burung walet sangat menjanjikan dan memiliki banyak tantangan. “Selain harus memiliki modal besar hingga puluhan dan sampai ratusan juta rupiah, kita harus benar-benar dapat mengelola rumah walet tersebut agar si walet dapat betah dan menginap,” ujarnya.

Di tahun 2010 silam dengan bermodalkan nekat dan menjual tanah yang baru 2 bulan dibeli hanya untuk membangun rumah burung walet, ironisnya karena dana terbatas akhirnya ukuran rumah walet pun tidak signifikan yang hanya berukuran  5 x 6 meter dengan tiga tingkat dan itupun hanya bangunan semi permanen, katanya.

“Untuk membangun RBW banyak faktor yang harus diperhatikan, seperti suhu ruangan, penataan tweter, Pemakaian tweter yang kurang baik, pencahayaan, sirif yang kotor dan juga suara peniru walet yang kurang baik” ungkapnya

Jika sudah berhasil menjalankan bisnis ini, uang ratusan hingga puluhan juta rupiah bisa didapatkan dengan mudahnya ditangan. Maklum saja dengan harga sarang burung walet Rp 13-11 Juta per kg , dengan produksi 5-6 kg sarang walet setiap bulannya sudah terbayang berapa keuntungan yang bisa didapatkan.

Namun untuk sekarang kata Fazrin yang juga sering membantu para petani walet yang kesulitan dalam menginapkan burung walet, tidak semudah seperti 5 tahun lalu, karena kalau sekarang sudah banyak RBW yang dibangun, jadi banyak sekarang RBW yang tidak dimasukin walet.

Dikatakannya selama ini produksi sarang burung walet di kawasan Kecamatan Sesayap diekspor ke Tiongkok dalam bentuk mentah. Padahal kata dia, sarang burung walet yang berasal dari air liur walet itu, akan lebih menggiurkan lagi jika diolah terlebih dahulu menjadi barang setengah jadi atau barang jadi karena akan memberi nilai tambah lebih besar.

“Kami mengharapkan, kenapa tidak dibuat pabrik pengolahan sarang walet di sini, kan bisa menambah pembukaan lapangan kerja. Jadi tidak perlu ekspor barang mentah lagi,” tutupnya.(*)

Reporter: Dwi
Editor: Ramli

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *