Penyumbang Tertinggi Inflasi dari Bahan Makanan

TANJUNG SELOR – Badan Pusat Statistik (BPS) merilis perkembangan inflasi dan deflasi di Indonesia. Dari 90 kota pantauan indeks harga konsumen (IHK) nasional, di bulan Januari 2021 ada 75 kota mengalami inflasi dan 15 kota mengalami deflasi.

Inflasi tertinggi terdapat di Kota Mamuju sebesar 1,43 persen dan inflasi terendah terdapat pada kota Ambon sebesar 0,02 persen. Sedangkan deflasi tertinggi terdapat pada Kota Bau-Bau sebesar -0,92 persen dan deflasi terendah terdapat kota Pontianak sebesar -0,01 persen .

Calon Gubernur Kalimantan Utara 2024-2029 Pilihanmu
1590 votes

“Untuk Kaltara gabungan dari Kota Tarakan dan Tanjung Selor di bulan Januari terjadi deflasi sebesar -0,58 persen. Kota Tarakan mengalami deflasi sebesar -0,85 persen dan Kota Tanjung Selor mengalami inflasi sebesar 0,49 persen,” ungkap Panca Oktianti sebagai Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Kaltara kepada benuanta.co.id, Senin 1 Februari 2021.

Baca Juga :  DKUKMPP Nunukan Kembali Gelar Pasar Murah di Lima Lokasi

Sementara itu kondisi kota lain yang berada di Pulau Kalimantan di luar kota Tarakan dan Kota Tanjung Selor, inflasi tertinggi terjadi pada Kota Kotabaru sebesar 0,25 persen, Kota Samarinda sebesar 0,24 persen, Kota Sampit sebesar 0,09 persen, Kota Palangkaraya sebesar 0,09 persen, Kota Tanjung sebesar 0,03 persen dan Kota Balikpapan sebesar 0,02 persen.

“Sedangkan kota yang mengalami deflasi tertinggi adalah kota Sintang sebesar -0,43 persen, Kota Banjarmasin sebesar -0,23 persen, Kota Singkawang sebesar -0,04 persen dan Kota Pontianak sebesar -0,01 persen,” sebutnya.

Panca mengatakan, deflasi di Kaltara dipengaruhi oleh penurunan indeks harga pada kelompok transportasi sebesar -9,78 persen, kelompok kesehatan sebesar -0,03 persen dan kelompok pakaian dan minuman sebesar -0,00 persen.

Sedangkan inflasi dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga pada kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,76 persen, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,47 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,36 persen.

Baca Juga :  Sidak Takjil hingga Produk Tanpa Izin Edar Sasar Pasar dan Ritel di Bulungan  

“Kemudian pada kelompok pendidikan sebesar 0,17 persen, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,17 persen, kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,15 persen, kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,01 persen dan kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 0,00 persen,” jelasnya.

Dia mengatakan ada 5 jenis barang atau jasa penyumbang tertinggi inflasi di Kaltara, yakni cabai rawit sebesar 0,22 persen, sawi hijau sebesar 0,09 persen, bayam sebesar 0,09 persen, kangkung sebesar 0,08 persen dan wortel sebesar 0,06 persen.

Kemudian penyumbang deflasi juga ada 5 jenis barang atau jasa, yakni angkutan udara sebesar -1,20 persen, bawang merah sebesar -0,05 persen, daging ayam ras sebesar -0,04 persen, ikan bandeng sebesar -0,02 persen dan kentang sebesar -0,01 persen.

“Untuk pembagiannya 5 jenis penyumbang tertinggi inflasi di Kota Tarakan adalah cabai rawit sebesar 0,13 persen, sawi hijau sebesar 0,11 persen, bayam sebesar 0,10 persen, kangkung sebesar 0,09 persen dan wortel sebesar 0,07 persen,” paparnya.

Baca Juga :  Lonjakan Penumpang Pelabuhan Tengkayu I Diprediksi H-3 Lebaran 

“Sedangkan penyumbang tertinggi deflasinya adalah angkutan udara sebesar -1,51 persen, bawang merah sebesar -0,04 persen, ikan bandeng sebesar -0,04 persen, apel sebesar -0,01 persen dan jagung manis sebesar -0,01 persen,” ucap Panca.

Lalu di Tanjung Selor penyumbang tertinggi inflasi adalah cabai rawit sebesar 0,59 persen, ikan bandeng sebesar 0,06 persen, kacang panjang sebesar 0,03 persen, cabai merah sebesar 0,03 persen dan bayam sebesar 0,02 persen.

Sedangkan penyumbang deflasi tertinggi adalah daging ayam ras sebesar -0,22 persen, bawang merah sebesar -0,06 persen, ikan layang sebesar -0,05 persen, kentang sebesar -0,04 persen dan ayam hidup sebesar -0,01 persen. (*)

 

Reporter: Heri Muliadi

Editor: M. Yanudin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *