TANJUNG SELOR – Positif Corona Virus Desease 2019 (COVID-19) di Kaltara meningkat dalam dua bulan terakhir. Peningkatan signifikan terjadi di Kota Tarakan sejak Oktober dan Nopember 2020.
Berdasarkan data dari Satgas Penanganan COVID-19 Provinsi Kaltara, tercatat sebanyak 1.465 kasus positif. Setelah dari total kasus positif di Kaltara disumbangkan Kota Tarakan.
Kota Tarakan merupakan gerbang Kaltara. Pelaku perjalanan dari daerah luar Kaltara melalui Tarakan karena terdapat bandar udara. Sementara, Kabupaten Bulungan menjadi daerah kedua paling banyak terdapat kasus positif.
Sementara kesembuhan pasien COVID-19 di Kaltara sebanyak 993 orang per 30 Nopember 2020. Artinya, tingkat kesembuhan sebanyak 67,7 persen. Diakui Jubir Satgas COVID-19 Kaltara, tingkat kesembuhan mengalami penurunan. Kasus positif covid meninggal dunia 18 orang.
“Ada penurunan persen dari beberapa waktu sebelumnya, karena terjadi peningkatan kasus positif di beberapa wilayah,” ungkap Jubir Satgas COVID-19 Kaltara, Agust Suwandy, SKM, MPH.
Kasus di Kaltara, terutama di Tarakan, meningkat karena pelaku perjalanan yang tidak disiplin mematuhi protokol kesehatan dengan melakukan isolasi mandiri selama 14 hari atau tes swab.
Dari pelaku perjalanan, COVID-19 menyebar di tengah keluarga. Hingga menyebabkan kontak erat semakin bertambah. Tak hanya itu, klaster perkantoran pun turut menyumbangkan angka positif COVID-19.
Pada pekan lalu, ratusan tenaga medis di Ruma Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan terpapar COVID-19. Bahkan, pelayanan rumah sakit ini sempat dihentikan selama sepekan untuk penanganan kasus yang melibatkan SDM RSUD Tarakan baik tenaga medis dan non medis yang terpapar virus tersebut.
Dari sekian banyak tenaga medis terpapar, puluhan orang sudah dinyatakan sembuh pada hari ini. Walaupun masih terdapat tenaga medis yang positif covid usai diswab hasil tracing klaster rumah sakit.
“Kasus kesembuhan hari ini dari Tarakan sebanyak 25 orang. Sebagian besar sembuh tenaga kesehatan dari klaster rumah sakit provinsi yang ada di Kota Tarakan,” jelas Agust.
Jika dimasa pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kaltara, utamanya di Tarakan jumlah kasus didominasi oleh orang tanpa gejala. Kali ini justru berbeda, 80 persen pasien positif berasal dari suspek. Sehingga mengakibatkan pemerintah daerah Tarakan kewalahan kekurangan ruang isolasi.
“Ruang isolasi di RSUD dan RSU Tarakan sudah penuh, kalau mau buka ruangan maka harus menambah SDM. Mencari SDM-nya yang sulit karena di tempatkan di ruang pasien covid,” ungkap Jubir Satgas Tarakan, dr. Devi Ika Indriarti, M.Kes.
Menurut dr. Devi, peningkatan kasus corona di Tarakan karena pelaku perjalanan dan kontak erat. Karena merasa dirinya sehat, pelaku perjalanan dengan seenaknya berkumpul bersama keluarganya. Padahal, mesti disiplin isolasi mandiri selama 14 hari atau melakukan tes swab.
“Ya, kita imbau agar masyarakat sebagai pelaku perjalanan mematuhi protokol kesehatan. Kalau baru pulang sebaiknya isolasi mandiri dulu atau swab. Kalau negatif hasil swabnya bisa sudah beraktivitas,” ujar dr. Devi.
“Dengan adanya penambahan kasus, dari satgas mengimbau selalu waspada dan mematuhi protokol kesehatan secara ketat, ingat selalu 3M, memakai masker, rajin cuci tangan pakai sabun jadikan ini budaya dan menjaga jarak. Jangan lengah sehingga kita bisa menciptakan pengendalian covid ini di daerah masing-masing,” tambah Agust.(*)
Penulis: Ramli