Pemasaran 1 Pintu, Apekimal Berharap Bisa Genjot Pertanian Biji Kopi Malinau

MALINAU – Asosiasi Petani Kopi Malinau (Apekimal) merupakan gabungan kelompok tani petani kopi di seluruh Malinau.

Selama berdiri sejak 2 tahun lalu Apekimal diharapkan agar bisa meningkatkan mutu biji kopi lokal dan mensejahterakan petani kopi di Malinau.

Calon Gubernur Kalimantan Utara 2024-2029 Pilihanmu
1548 votes

Ketua Asosiasi Petani Kopi Malinau, Leri Mexredi mengatakan Apekimal awalnya dibentuk secara tidak sengaja dan atas inisiatif bersama para petani kopi Malinau.

Karena dengan adanya Apekimal, petani saling bertukar pikiran, berbagi pandangan mengenai prospek dan peningkatan mutu biji kopi dari petani kopi di Malinau.

“Asosiasi ini kita bentuk pada tahun 2018 lalu. Awalnya sebagai wadah komunikasi, informasi mengenai cara meningkatkan kualitas produk kopi Malinau,” ujarnya

Leri menjelaskan, selama ini masih ada petani kopi di malinau yang masih menggunakan cara tradisional dalam bertani biji kopi.

Baik metode budidaya, mengutip hasil panen, hingga perlakuan dan penyimpanan pascapanen, semua menggunakan metode konvensional. Sehingga hal itulah yang terkadang menjadi kesulitan para petani kopi malinau untuk bersaing di pasar-pasal penjualan kopi.

“Saya masih ingat dulu masih kecil. Di sepanjang jalanan, orang-orang menjemur biji kopi. Cara-cara tradisional itu masih bertahan sampai sekarang,” jelasnya lagi.

“Sehingga hal itu lah yang membuat biji kopi dari petani belum terserap maksimal di pasaran. Selain karena kualitas, metode memasarkannya juga belum terwadahi,” ucapnya.

Melalui pelatihan yang diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Malinau bekerja sama dengan Bank Indonesia, Apekimal melihat secercah harapan untuk masa depan petani kopi di Malinau.

Leri juga membeberkan saat ini, Apekimal sedang berupaya menunjang sektor hilir biji kopi di Kabupaten Malinau. Hal tersebut dilakukan melalui sistem pemasaran satu pintu.

Apekimal akan menyerap hasil panen dari petani, sortir, dan memilah biji kopi yang layak untuk didistribusi.

“Karena waktu panen yang tidak seragam, jadi kuantitasnya juga belum seberapa. Tapi kalau disalurkan di satu tempat, sekali panen bisa mencapai 1 ton,” ungkapnya.

Metode pemasaran satu pintu diyakini Leri sebagai satu dari sekian solusi mengatasi masalah pemasaran dan serapan produk kopi di Malinau.

Demikian halnya dengan peningkatan mutu hasil panen petani yang dapat dilakukan melalui pelatihan intensif kepada petani kopi di Malinau.

Leri berharap pemerintah dapat membantu untuk membekali keterampilan petani, agar kualitas hasil panen bisa sesuai standarisasi mutu biji kopi.

“Kita harapnya, pemasaran satu pintu ini bisa jadi solusi. Di samping membekali petani, pemasaran juga tidak kalah penting. Harapan kita, petani kopi di Malinau bisa sejahtera, tidak lagi khawatir hasil panennya tidak terserap,” tutupnya.(*)

Reporter: Osarade
Editor: Ramli

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *