Nodai Marwah, PPPM Siap Kembalikan Sumbangan Paslon Iraw

Mengapa lebih adil jika lebih berat ke PWPM? FM menjelaskan, sebab anggota yang berpihak ke Paslon lain, tidak melakukan pelanggaran yang sama. Berbeda ketika ke semua anggota pengurus dari masing-masing kubu itu berbuat pelanggaran kemudian dibiarkan demi alasan adil. Menurutnya, semua anggota pengurus adalah orang-orang intelek, bisa matang dalam bersikap, jadi tidak harus digurui tentang kedewasaan berpikir dan bagaimana bersikap secara profesional.

“Kalau kata AK ini sudah klir, saya pikir itu keliru karena buktinya masih ada riak-riak yang muncul. Di internal, kami memang dimediasi yang secara tersirat kami diminta untuk diam. Di internal, kami diminta untuk ‘terbiarkan’, tapi kezaliman postingan Ketua Tim Pemenangan Iraw dibiarkan saja yang sampai saat ini belum dihapus, dan tidak ada iktikad baik sama sekali untuk meminta maaf. Padahal dengan kebesaran hati untuk meminta maaf itu bukan perbuatan yang tercela, minta maaf tidak akan menurunkan kehormatan kita, tidak membuat kita menjadi lebih rendah. Justru itu akan membuat kita tampil lebih dewasa dan bijaksana,” jelasnya.

Kata FM, ada seorang diri tanpa lembaga, bisa jual tubuhnya lebih besar daripada sumbangan yang diberikan. Lalu hanya gara-gara sumbangan tersebut kemudian dianggap PWPM sudah ‘dibeli’ alias boleh diklaim dan sesukanya diposting yang sampai sekarang belum dihapus, serta belum mendapatkan permintaan maaf, PPPM siap kembalikan bantuan tersebut. Apalagi menurut keterangan Sekretaris Umum, Riskiyanto dan bocoran dari rekan-rekan lainnya bahwa pak Irianto sempat marah dan meminta uangnya untuk dikembalikan karena alasan ada panggung bagi Paslon lain. Tapi Advokat tim Iraw menahannya.

Baca Juga :  Baznas Kaltara Siapkan 18 Ton Beras untuk Mustahik

“Permintaan pengembalian itu sudah terlanjur dimuntahkan secara lisan. Saya mewakili Ketum PPPM sangat siap mengembalikan uang itu kok, daripada lembaga kami harus ‘didagangkan’ dan asal rekan-rekan bersedia bertaubat dari ‘pelacuran politik’, bukan berarti menghalang-halangi kebebasan berdemokrasi untuk berada pada percaturan politik,” ungkapnya.

“Dengan segala hormat, saya meminta kepada segenap keluarga besar PWPM untuk sadar diri. Nafas Muhammadiyah harus kembali pulang ‘ke pangkuan ibu pertiwi’. Tunjukkan warnamu selain abu-abu, jangan cari aman, jangan ada dusta di antara kita, jangan jadi pecundang, buktikan siapa kita, mari lawan kezaliman, mari singkirkan pengkhianatan. Diam tertindas atau bangkit melawan, karena diam adalah pengkhianatan. Hidup khianat tak ubah layaknya seorang pecundang yang menggantungkan keberlanjutan hidupnya dengan memakan bangkai saudaranya sendiri. Semoga dengan kejadian ini memberikan pelajaran kepada kita semua untuk lebih tajam membedakan antara kader militan dengan kader karbitan,” tutupnya.(*)

Baca Juga :  Disnakertrans Tarakan Buka Posko Pengaduan Masalah THR

 

Reporter: M. Yanudin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *