Insan Berakal dan Substansi Hidup

Oleh: Muhammad Rizky Radhiyya S.M

 

Calon Gubernur Kalimantan Utara 2024-2029 Pilihanmu
1590 votes

KALA itu, pernah mendengar kata-kata “Tetaplah Hidup Walaupun Tak Berguna”. Kata-kata ini tampak sederhana, tapi serat akan makna. Jika dipahami secara tekstual, jelas bertolak belakang dengan Sabda Agung Nabi Besar Muhammad SAW yang mengatakan “Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya”.

Komparasi antara kedua kalimat di atas terletak pada objek kajian yang sama yakni sama-sama mengkaji tentang manusia dan kebermanfaatannya, lalu kalimat pertama menegaskan sikap opimistis sedangkan kalimat kedua hendak menegaskan sikap etis.

Perlu ditegaskan bahwa penulis bukanlah ahli Agama yang memahami segala doktorinasi Agama secara komprehensif. Kendati demikian, bahwa manusia dianugerahi potensi akal, hati, indrawi, dan alam sebagai objek dan kajian. Jika sel-sel indrawi diaktifkan, terkadang alam-pun memberikan vibrasinya lalu menghubungkan akan realitas yang ada.

Relaitas tersebut tentu sebagai manusia yang memiliki banyak kelemahan dan kekurangan, baik fisikal, maupun financial. Ditambah lagi egoisme dan harapan yang terlalu tinggi yang menghantarkan manusia pada titik nadir kehidupan yang semakin menegaskan akan kelemahan dan kekurangan sebagai insan ciptaan Tuhan.

Terkadang sedih, kecewa, terkadang juga tertawa bahkan bahagia dan begitulah sejatinya manusia yang tak bisa lepas dari problematika kehidupan, hingga ia terpisah dari roh dan jasad, begitupun hati yang terkadang digoyahkan oleh keadaan, yang berakhir pada pasrah dan tunduk akan takdir Tuhan. Berbicara tentang manfaat, maka tak bisa lepas dari mafsadat atau mudarat, artinya mafaat sangat luas maknanya, hanya saja manusia terkadang lalai dan menyempitkan maknanya.

Contoh saja begini, apakah orang gila itu diartikan sebagai orang yang tak bermanfaat, atau bahkan lebih radikal lagi mereka para perampok itu juga diartikan sebagai orang yang tak bermanfaat? Jelas semuanya bermanfaat. Orang gila meberikan manfaat pada dokter kejiwaan sedangkan perampok memberikan manfaat pada pihak penegak hukum dan keamanan hanya saja perampok meberikan manfaatnya yang menyimpang dari norma Agama. Bahkan secara sederhana, seandainya anda tidak memberikan mafsadat kepada orang lain sejatinya anda telah berhasil bermanfaat bagi orang lain.

Jika kita merujuk pada Alquran maka Allah SWT telah berfirman dalam Surah Ali Imran ayat 191 yang artinya “Ya Tuhan kami, tidaklah engkau menciptakan semua ini sia-sia”. Betapa semua makluk ciptaan Tuhan memiliki fungsi dan manfaat masing-masing, lebih-lebih lagi manusia jika dibandingkan dengan makhluk yang lain.

Singkat kata “dan jangan kamu berputus asa dari Rahmat Allah (QS. Yusuf:18)”, dalam menyebrangi samudera kehidupan tentu ombak terus menghadang, kadang juga terhampas di batu karang yang tajam. Tugas sebagai insan tetaplah fokus pada tujuan, yakinlah semua akan berlalu dan jangan pernah menyerah. Masih banyak hal baru yang harus dicoba. Menangislah seperlunya dan bersyukurlah seterusnya.(*)

 

Penulis adalah:

*Wakil Ketua Generasi Muda Nahdlatul Ulama Kalimantan Utara (GMNU)

*Presiden Mahasiswa Universitas Islam Malang 2018-2019

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *