TARAKAN – Dir Polair Polda Kaltara, Kombes Pol Nyoman menegaskan, terbaliknya speedboat bermesin 40 PK saat patroli laut yang dilakukan 6 personel Polairud, Sabtu (8/8/2020) lalu tidak membawa senjata api.
“Tidak (bawa senjata api) karena ini kegiatan lidik, pembuntutan lah gitu ya mencari informasi. Bukan kegiatan penangkapan,” ujar Dir Polair Polda Kaltara, Kombes Pol Nyoman kepada benuanta.co.id, Rabu (12/8/2020).
BACA BERITA TERKAIT:
- Seharian Pencarian, Korban Terakhir Laka Laut Patroli Polairud Belum Ditemukan
- Sempat Berpegangan, Begini Detik-Detik Laka Laut Patroli Polairud Menurut Penuturan Korban Selamat
- Satu Korban Laka Laut Personel Polairud Ditemukan Tersangkut di Bakau
- Terjadi Laka Laut saat Patroli, 3 Personel Polairud Mabes Polri Belum Ditemukan
Hingga saat ini pencarian satu korban masih terus dilakukan dengan mengerahkan segala potensi yang ada. Sebab, di hari ketiga pasca terbaliknya speedboat nahas tersebut, kata Nyoman, berdasarkan analisa SAR waktu untuk mengapung jenazah akan turun lagi ke dalam perairan.
“Ini sudah hari ketiga, waktu untuk (jenazah) mengapung itu periodenya mulai turun lagi. Mungkin hari ke tujuh lagi (baru muncul kepermukaan), nanti kita pikirkan dengan cara yang lain mungkin, pinjam potensi masyarakat. Tapi tetap melakukan pencarian sampai hari ke tujuh nanti,” katanya.
Selain itu, dari tiga hari ini ia menyebut, kemungkinan kecil juga korban terakhir ini ditemukan dalam keadaan hidup. “Kalau mungkin satu hari survival orang masih bisa ya,” tukasnya.
Diwartakan sebelumnya, meski kini area dipersempit dan personel pencarian dipadatkan sejak pagi hingga pukul 17.00 Wita, korban terakhir speedboat patroli Polair nahas tersebut belum ditemukan.
“Kita berdoa saja semoga almarhum Yosef ini bisa cepat muncul atau terlihat. Karena kesulitanya juga almarhum ini menggunakan kaos hitam agak susah mungkin ya, tapi celana biru. Mungkin dari jauh tidak tampak begitu ya, tetapi tetap akan kita lakukan pencarian hingga hari ke tujuh nanti,” terangnya.
Mengenai tanda-tanda tumpahan bahan bakar dari speedboat dilokasi, kata Nyoman, sejatinya akan bisa terlihat jika kejadian tersebut cepat dilaporkan.
“Mungkin kalau cepat sebenarnya ada (jejak tumpahan bahan bakar), tapi karena korban hidup yang melaporkan setelah 6 jam ya. Mungkin tau sendiri arusnya disitu ya, kedalaman 30 meter. Tapi orientasi kita mencari korban dulu, nanti gelombang kedua baru mencari materilnya,” tukasnya.(*)
Reporter : Yogi Wibawa
Editor: M. Yanudin