Aktivitas Gempa di Sesar Matano Luwu Timur Meningkat

Jakarta – Aktivitas gempa di Sesar Matano, Sorowako di Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan mengalami peningkatan dalam dua hari terakhir sehingga masyarakat diimbau meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terkait dengan gempa bumi.

“Dengan meningkatnya aktivitas gempa di Segmen Matano dan Pamsoa terkini, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan. Gempa kuat dapat terjadi kapan saja dan belum dapat diprediksi secara akurat kapan terjadinya,” kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono di Jakarta, Jumat.

Calon Gubernur Kalimantan Utara 2024-2029 Pilihanmu
1249 votes

Sejak Rabu (22/7), pukul 23.21 WIB hingga Kamis (23/7), pukul 22.56 WIB hasil monitoring BMKG menunjukkan sudah terjadi aktivitas gempa 13 kali di Sorowako dan sekitarnya.

Baca Juga :  Kemnaker Ingatkan Perusahaan Kena Denda jika Terlambat Bayar THR

Dari seluruh gempa yang terjadi, tiga gempa di antaranya guncangannya dirasakan masyarakat, yaitu di Sorowako, Nuha, dan Malili. Ketiga gempa signifikan tersebut masing-masing terjadi pada Rabu (22/7), pukul 23.21 WIB berkekuatan M 3,6 dan Kamis (23/7), pukul 8.12 WIB berkekuatan M 2,9 dan pukul 22.03 WIB berkekuatan M 4,1.

Ketiga gempa tersebut dirasakan di Sorowako dalam skala intensitas Malili II MMI, di Soroako II-III MMI dan di Nuha III MMI. Aktivitas gempa yang terjadi tidak menimbulkan kerusakan.

Baca Juga :  Menpan RB: THR dan Gaji ke-13 PNS Tahun 2024 Alami Kenaikan

Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya tampak bahwa rentetan aktivitas gempa itu berasosiasi dengan meningkatnya aktivitas Sesar Aktif Matano, khususnya Segmen Matano dan Pamsoa.

Hal itu didasarkan fakta bahwa seismisitas yang terjadi membentuk klaster pusat gempa di Danau Matano dan sekitarnya.

Segmen Matano dan Pamsoa adalah Segmen Sesar Aktif Matano dengan mekanisme pergerakan mendatar mengiri (sinistral strike-slip) dengan magnitudo tertarget M 6,8 (Matano) dan 6,9 (Pamsoa) dengan laju pergeseran sesar tujuh milimeter per tahun.

BMKG mencatat bahwa gempa Sorowako paling kuat terakhir terjadi pada 15 Februari 2011 dengan kekuatan mencapai M 6,1. Gempa berpusat di Segmen Pamsoa tepatnya sebelah timur laut Danau Matano dengan kedalaman hiposenter dangkal 14,7 kilometer.

Baca Juga :  PMPP: Prajurit Gabung UNIFIL Masih Waspadai Bom Sampai Pesawat Nirawak

Dampak gempa sembilan tahun lalu itu guncangannya mencapai skala intensitas V-VI MMI hingga menyebabkan beberapa rumah mengalami kerusakan ringan di Sorowako dan sekitarnya.

“Upaya mitigasi perlu dilakukan sehingga jika suatu saat terjadi gempa, masyarakat perlu memahami cara selamat saat terjadi gempa, jika terjadi guncangan kuat agar segera mencari perlindungan,” kata Daryono.

Selain itu, masyarakat perlu menyiapkan bangunan tahan gempa, karena sesungguhnya peristiwa gempa tidak membunuh dan melukai, tetapi bangunan tembok dengan struktur lemah yang roboh saat gempa itulah penyebab jatuhnya korban.(ant)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *