Kiprah dan Pengabdian ZIAP untuk Kaltara

Menyingkap profil ZIAP sendiri, di balik ketegasan dan keramahannya, tersirat sangat mencintai keluarga dan seumur hidupnya akan terus mengabdikan diri melayani masyarakat. ZIAP memiliki keluarga kecil bahagia bersama istrinya Hj. Rahmawati SH dan dikarunia 3 orang anak, yakni Nofandi yang saat ini tercatat sebagai Anggota Polri di Samarinda, Raspidandi yang merupakan pengusaha, dan paling bungsu adalah Zarah yang masih kuliah di Binus BSD Tangerang Banten.

Persoalan hobby olahraga, jangan ditanya karena hampir semua olahraga digemarinya mulai dari Basket, Sepak bola, Bola Volly, Karate, Pencak Silat dan lain-lain. Untuk dunia seni pun cukup lihai, karena orang ini bisa memainkan beberapa alat musik, bahkan terompet cukup piawai dimainkan. Bahkan, sejak remaja sudah menorehkan prestasi dan sempat menjadi salah satu wakil seni daerah tradisional asal Sulawesi tengah (Sulteng) yang dikirim ke ibukota Jakarta.

Selain dunia olahraga, seni musik dan tari juga penikmat musi lawas dan Jazz ini juga pandai mengolah makanan, mulai dari makanan berat hingga snack atau kue-kue. Alhasil, cukup lihai dan memiliki keterampilan yang tidak semua orang memilikinya.

“Saya dari kecil memang suka masak dan saya injak ibukota pertama kali itu tahun 1979 menjadi wakil dari Sulteng Poso untuk tari daerah, perjalanannya pun naik kapal tidak seperti sekarang naik pesawat 1 jam kemudian sudah di Jakarta, saya juga hobby memasak, olahraga apa saja boleh, main musik juga oke,” ujarnya.

ANGKAT KERANDA : Brigjen Pol Zainal Arifin Paliwang SH M.Hum ikut mengangkat keranda jenazah Djoko Mulyono untuk dikirim melalui speedboat.

Dirinya pun bergabung di keluarga besar Kepolisian pada tahun 1982 dengan masuk Akademi Kepolisian di Makassar lalu pada tahun 1986 lulus, dan pernah beberapa kali bertugas di daerah seperti Sulawesi, Jogjakarta, Jawa Barat, NTB, Bali, Riau dan Aceh. Padahal waktu itu, Aceh masih dalam kondisi konflik hingga menjelang referendum.

Baca Juga :  Curi Motor untuk Biaya Pulang Kampung, MR Diciduk Polisi  

Cerita menariknya adalah saat ZIAP bertugas di Aceh. Di mana dirinya harus menghadapi berbagai karakter penduduk lokal yang menginginkan kemerdekaan, lalu dihadapkan dengan gesekan dengan aparat. Bahkan, sempat beberapa kali suasana mencekam dan diberondong dengan peluru dan lainnya.

“Waktu di Aceh pas lagi referendum itu keluarga saya diminta untuk di evakuasi ke daerah luar seperti Medan dan Jakarta, tapi saya nggak mau dan memilih anak istri saya titipkan sama salah satu tokoh adat disana, alhamdulillah semua selamat dan baik-baik saja,” ucapnya menerawang kejadian bertahun-tahun lalu.

ZIAP menceritakan kala itu anak dan istrinya tinggal di Banda Aceh sementara dirinya bertugas di Kantor Polisi di Aceh Utara, dan perjalanan menempuh hampir 5 jam. Bahkan, cenderung dalam perjalanan juga mengerikan dan mencekam karena suatu waktu bisa saja terjadi penjegatan oleh kelompok yang menginginkan suksesi referendum Aceh.

Baca Juga :  Jalin Ukhuwah Islamiyah, Komunitas Asik akan Gelar Baksos

“Waktu itu sangat mengerikan semua keluarga dibawa eksodus dan anak-anak masih kecil semua, dan ada teman-teman yang eksodus ke Medan dan Jakarta, tapi saya titip anak dan istri sama tokoh di Aceh. Dan pernah di berondong peluru juga dan itu sudah biasa dan saya tugas di Aceh Utara tapi keluarga di Banda Aceh, naik mobil 5 jam perjalanan mencekam,” tuturnya yang menyebut hal itu menjadi sebuah pengalaman yang sangat berkesan dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya dan keluarganya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *