Sempat Terhenti, Kakao Asal Kaltara Kembali Diekspor

SEBATIK – Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Tarakan Wilayah Kerja Sebatik melaporkan pihaknya kembali menfasilitasi sertifikasi ekspor kakao asal Kalimantan Utara (Kaltara) setelah sejak tahun 2016 sempat terhenti.

Hal ini patut diapresiasi kinerja seluruh jajaran pemangku kepentingan pertanian di wilayah batas negara paling utara. Tercatat dari luas lahan kakao di wilayah ini seluas 1.000 Ha berdasar data pemprov Kaltara telah dapat menghasilkan kakao yang berkualitas ekspor.

Tidak hanya itu, kakao yang diekspor pun tidak dalam bentuk mentah namun juga sudah dalam pengolahan walaupun masih belum berupa produk setengah jadi atau jadi.

Baca Juga :  Penertiban Pajak di Nunukan, 11 Pengendara Bayar di Tempat 

“Kerjasama yang sangat baik, dari dinas pertanian, pelaku usaha hingga petani. Semuanya ingin membuat maju pertanian dan mensejahterakan petani kakao di Kaltara,” kata Kepala Badan Karantina Pertanian, Ali Jamil saat menyaksikan pelepasan ekspor kakao sebanyak 2,2 ton ke Malaysia melalui Pelabuhan Sebatik, Kaltara (14/5).

Menurut Jamil, bukan kali ini saja ekspor kakao ini dilakukan namun selama kurun waktu 20 April hingga 10 Mei 2020 telah dilakukan sebanyak tiga kali dengan total volume 6,2 ton atau senilai Rp 127,2 juta. “Belum genap sebulan, ekspor kembali Ini sudah mampu mencatat angka fantastis,” ungkapnya.

Baca Juga :  Basarnas Tarakan Perkuat Pos SAR Nunukan dengan Alutsista Baru

Terlebih dalam kondisi dimana semua terbatas akibat wabah pandemi Covid-19 kali ini, petani di Kaltara tetap bersemangat.  Hal ini sejalan dengan arahan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo yang menyatakan produk pertanian kita sangat ditunggu dunia.

Oleh karenanya kerjasama semua pihak sangat diperlukan agar pertanian dapat terus berkontribusi terhadap perekonomian dengan kinerja ekspornya.

Baca Juga :  Kabar Penculikan Anak di Nunukan Hoaks

Selain ekspor, Kakao Kaltara juga telah terlebih dahulu memasok kebutuhan dalam negeri dengan pengiriman antar area. Tercatat selama Januari hingga April 2020 tercatat 3 kali pengiriman dengan total volume 4,3 ton atau senilai Rp 75 juta ke  Makassar.(*)

Reporter: Ramli

Editor: Nicky Saputra

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *