RSUD Tarakan Sesalkan Keluarga Pasien Positif Covid-19 yang Tidak Jujur

TARAKAN – Penanganan pasien positif Covid-19 di RSUD Tarakan sudah sesuai SOP Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Hal ini disampaikan oleh Direktur Utama RSUD Tarakan dr. M. Hasby Hasyim dalam press rilisnya kepada awak media, Sabtu (20/3/2020).

Calon Gubernur Kalimantan Utara 2024-2029 Pilihanmu
1586 votes

Kondisi awal pasien positif di Tarakan memang mengalami penyakit diabetes yang harus dilakukan perawatan di ruang kelas 1 RSUD Tarakan. Dalam perjalanan perawatan yang diberikan, petugas kesehatan tidak menemukan adanya tanda-tanda Covid-19.

“Perawatannya karena penyakit diabetes, jadi memberikan insulin untuk penyakit gulanya serta dilakukan pengecekan selama 4 jam sekali, ” kata Hasby.

Namun jelang perawatan, pasien tersebut sempat mengeluh kepada petugas lantaran kondisi tubuhnya terasa lemas. Kemudian, pasien tersebut langsung meminta dipindahkan di ruangan VIP.

“Mendengar keluhan pasien, petugas kami langsung melakukan pengecekkan darah di laboratorium dan pemeriksaan dengan foto ulang, dengan hasil infeksi paru-paru itu semakin meluas,” ujarnya.

Baca Juga :  Ini Saran Ombudsman Koreksi Layanan Mudik di Pelabuhan Malundung Tarakan

Pasien masuk ke RSUD Tarakan pada 19 Maret 2020. Pasien dirawat dengan keadaan penyakit komplikasi lainnya. Bahkan pasien tidak menunjukkan gelaja klinis seperti demam, batuk atau pilek.

“Sempat kami mau memeriksa dahak pasien, tapi pasien belum ada batuk jadi belum bisa diperiksa dahaknya, ” ujarnya.

Lanjut dr. Hasby, Walaupun sudah mendapatkan pengobatan radang paru-paru, pasien masih dalam keadaan lemas. Hingga trombosit sel darah putih mengalami penurunan saat diperiksa di laboratorium.

“Melihat kondisi pasien, dokter yang memeriksa mulai curiga dan mulai bertanya kepada pihak keluarga terkait kondisi pasien yang pernah berada di Jakarta,” terangnya.

“Saat dokter yang bertugas bertanya kepada keluarganya, keluarga korban menyampaikan hanya satu bulan di Jakarta dan tidak ingat lagi, terus tidak memberikan kepastian jawaban kapan kembali ke Tarakan, itu yang menjadi persoalan nya, ” sambungnya.

Baca Juga :  Disnakertrans Tarakan Buka Posko Pengaduan Masalah THR

Kurang kejujuran pihak keluarga korban turut disesalkan pihak RSUD Tarakan. Sehingga permasalahan ini menurut dr. Hasby bukan kelalaian RSUD Tarakan. Penanganan pasien sudah sesuai dengan SOP tim medis.

“Ini kan masalah komunikasi karena keluarga pasien tidak jujur. Belum lagi saat ditanya, keluarga korban sempat emosi kapan balik dari Jakarta. Namun saat di tanya sebenarnya anaknya pasien langsung mengaku baru datang bersama ibunya pada 3 Maret lalu (dari Jakarta),” bebernya.

Mengetahui pasien dari Jakarta yang merupakan wilayah pandemi Covid-19, tim medis mengambil tindakan cepat tanggap dengan memberitahukan pihak keluarga. Petugas pun melengkapi diri dengan Alat Pelindung Diri (APD).

“Pemakaian APD juga harus bijak karena ketersediannya masih kurang, maka pemakaiannya dilakukan saat waktu yang tepat. Jangan tidak perlu dipakai malah di gunakan. Saya juga tidak mau petugas kesehatan tidak sesuai SOP dan sakit. Harus tetap mengunakan APD kalau memang ditemukan ada yang positif,” ungkap dr. Hasby.

Baca Juga :  Lima Angkutan Laut di Pelabuhan Malundung Sudah Uji Kelaikan  

Petugas media juga meminta keluarga pasien positif Covid-19 melakukan isolasi mandiri di rumah untuk melakukan pencegahan. Termasuk menetapkan anak pasien yang positif sebagai Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan menjalankan isolasi di RSUD Tarakan.

Memastikan tetap steril, keluarga yang menjaga harus menggunakan masker agar mengurangi penyebarannya. dr. Hasbi cukup kaget karena anak pasien positif Covid-19 ini bergantian menjaga ibunya dengan keluarganya yang lain di RSUD Tarakan.

“Anak pasien ini malah panggil keluarga yang diluar kota untuk membantu menjaga ibunya, ini juga jadi persoalan. Padahal sudah jelas disampaikan jangan bawa keluarga yang lain, jadi keluarganya tetap di isolasi,” tandasnya.

“Setelah itu, kamar VIP langsung dinetralisir oleh petugas dengan penyemprotan disinfektan selama 3 hari berturut-turut untuk menghilangkan virus tersebut dan dilakukan terus menerus,” tutup dr. Hasby.

Reporter : Rico Jeferson
Editor : Ramli/Nicky

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *