Dari Gowa, Koordinator Ijtima Ulama Kaltara Bantah Ada Rombongan yang Positif Covid-19

MERASA TAK NYAMAN, JAMAAH TABLIGH DARI GOWA MINTA MASA KARANTINA DIPERSINGKAT

TARAKAN — Koordinator peserta Ijtima Kaltara, Syaiful membantah informasi yang menyebutkan peserta Ijtima Ulama dari kelompok jemaah Tabligh yang positif Covid-19 ketika melaksanakan acara di Pakkatto, Kabupaten Gowa pada 21 Maret 2020.

“Kami ingin klarifikasi karena sempat ada kabar bahwa Ijtima ini sudah ada yang positif Covid-19, bahkan sampai puluhan orang. Nah ini bukan di Pakkato, tapi ini di Malaysia, dan itu berbeda kegiatan dan pergerakan organisasinya tapi tampilannya sama,” ujar Syaiful kepada Benuanta.co.id, Sabtu (28/3/2020).

Syaiful menyesali adanya kabar yang tak mengenakan tersebut. Pasalnya, kata dia, Pemerintah Gowa juga belum ada menyatakan ada peserta Ijtima yang  terpapar virus pandemi dari kegiatan tersebut.

Baca Juga :  Museum Flora dan Fauna Rumah Boendar Tarakan Bakal Dialihfungsikan

“Sementara ini dari Pemerintah Gowa belum ada (peserta ijtima) yang positif Covid. Belum ada juga peserta dari Ijtima yang di Indonesia itu terkena,” tuturnya.

Sementara itu, Puluhan jamaah tabligh asal Tarakan dan Bulungan yang tiba dari Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan ini akan dilakukan karantina 14 hari di GOR milik Pemerintah Tarakan.

Karantina ini sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid-19 setelah puluhan jamaah tabligh ini tiba dari wilayah terjangkit Covid-19.

Koordinator peserta Ijtima Ulama dari Kaltara, Syaiful mengatakan sebanyak 61 ODP yang di karantina akan menghormati pemerintah untuk melewati prosedur tersebut. Meskipun ia mengaku para jemaah tabligh sudah mengantongi surat yang menyatakan bebas Covid-19.

“Mewakili teman-teman yang di karantina di GOR, kami sangat kooperatif terhadap apa yang disampaikan pemerintah dan kebijakan-kebijakan pemerintah,” ujar Syaiful kepada Benuanta.co.id.

Baca Juga :  Peningkatan SDM Pengajar, 800 Guru di Tarakan Lolos P3K Sejak 2022

“Jadi, seluruh peserta, kami dari Makassar itu sudah di karantina kurang lebih lima sampai tujuh hari termasuk sudah ada perjalanan. Dari kami itu ada memegang kertas yang menunjukan bebas Corona, sudah sehat dan itu juga sudah dicek di sana kami tidak terindetifikasi wabah ini,” sambungnya.

Selain itu lanjut dia, para jemaah yang rata-rata baru tiba pun sudah melakukan pengecekan ketik di kapal.

“Ada surat (sehat) yang mereka pegang, dan tidak ada juga indikasi Covid. Alhamdulillah semua sehat,” lanjutnya.

Namun, Syaiful meminta agar pemerintah lebih memperhatikan aspek fasilitas di tempat mereka di karantina. Selain itu, Syaiful menghendaki masa karantina di percepat dari 14 hari.

Baca Juga :  Imigrasi Tarakan Sudah Bisa Terbitkan Paspor Elektronik

Sebab, ia menilai adanya karantina ini tak sejalan dengan imbauan pemerintah yang melarang untuk berkumpul dalam satu ruangan.

“Jujur saja kami kurang nyaman. Jangan sampai kami disini inginnya sehat, ujung-ujungnya kami disini malah sakit. Kami berterima kasih kepada pemerintah sudah diberikan fasilitas, tapi disini ruanganya panas sekali. Terus mau MCK juga kurang nyaman,” terangnya.

“Kami akan ikuti (kebijakan) pemerintah. Tapi kami juga minta dibantu, karena kami juga statusnya masih ODP dan kenapa kami di karantina secara besar-besaran yang jadinya berkumpul. Sementara anjuran dari pemerintah ini untuk dilarang berkumpul, mungkin ada kebijakan lain yang baik kedepannya untuk kami di sini,” tandasnya. (*)

Reporter : Yogi Wibawa
Editor : Ramli/Nicky

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *