Kurang Guru di Desa Terpencil, Pemkab Malinau Upayakan Bangun Sarpras

MALINAU – Sampai saat ini, sumber daya manusia (SDM) guru masih menjadi persoalan di sejulah desa terpencil di Kabupaten Malinau. Hal ini diakui Kepala Bapeda dan Litbang Kabupaten Malinau, Dr. Kristian M.Si memang sudah menjadi persoalan lama.

Karena sebagian besar tenaga guru ini berasal dari luar Malinau, yang terbiasa dengan sarana dan prasarana yang lengkap. Begitu ditempatkan di desa terpencil yang tidak memiliki sarana dan prasarana, belum sampai 5 tahun sudah meminta untuk pindah.

Kristian menjelaskan, Pemkab Malinau kini sedang mencari solusi untuk mengatasi hal ini.  Dalam pembahasan RKPD Malinau 2021 juga diupayakan untuk membangun sarana dan prasarana (sarpras) di sejumlah desa terpencil, dengan harapan tenaga guru bisa betah ketika ditugaskan disana.

“Memang hal ini tidak mudah, memerlukan biaya yang cukup besar dan waktu yang agak lama,  mengingat sejumlah desa ini terpencil dan sangat jauh jaraknya. Namun kita upayakan dengan maksimal agar bisa terwujud agar persoalan sekolah kekurangan guru bisa teratasi,” jelasnya.

Menurut Kepala Bappeda dan Litbang Malinau ini, pemkab telah berupaya untuk mengusulkan tes CPNS khusus putra atau putri daerah untuk menjadi tenaga guru dan kesehatan, agar tidak menugaskan tenaga dari luar Malinau. Namun usulan itu ditolak, karena sistem pemerintahan desentralisasi.

Malinau tidak diberikan tes CPNS khusus dan diperlakukan sama dengan daerah lainnya,  sehingga anak lokal memiliki peluang yang kecil untuk bisa mengabdi. Bahkan sebelumnya yang pernah direkomendasikan oleh sejumlah desa, justru tidak lolos. Yang lolos dan memiliki kualifikasi tidak betah ditempatkan di desa terpencil, sehingga hal ini menjadi dilema bagi Pemkab Malinau.

“Saat yang bersangkutan minta pindah, kami juga kasihan untuk tidak menyetujuinya, karena kondisi desa yang serba terbatas, listrik saja Senin-Kamis. Namun kami atas nama pemerintan daerah terus berupaya mendorong percepatan pembangunan di daerah terpencil, agar seluruh sarana dan prasarana bisa tersedia dan guru maupun tenaga kesehatan yang di tugaskan di desa-desa itu bisa betah,” jelasnya.

“Kuncinya memang disarana dan prasarana. Tidak mudah memang karena perlu biaya yang sangat besar, namun akan kami upayakan sekuat tenaga, agar pendidikan di sejumlah desa terpencil ini bisa maju, dan anak-anak kami bisa memiliki kesempatan yang sama dengan anak-anak lainnya di kota-kota besar pada umumnya,” tegas Kristian.(*)

 

Reporter : Ronny Meranda

Editor : M. Yanudin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *