Merajut Hikmah di Perjalanan 3 Negara ASEAN (Part Singapore)

Oleh : Muh. Ramli

(Founder Komunitas Muslim Inspiratif)

SETIAP perjalanan adalah fase untuk mendapatkan hikmah yang akan menjadi jalan untuk berproses menjadi lebih baik, jika kita benar-benar cerdas untuk menemukannya. Bukan perkara tentang seberapa banyak tempat yang telah kita lalui dan lewati. Bukan juga tentang perkara sudah berapa banyak negara yang kita kunjungi, tetapi sudah berapa banyak hikmah yang kita dapatkan dari semua tempat dan perjalanan yang telah kita lewati dan kunjungi. Sebab, jika kita tidak menemukan hikmah itu, lalu bagaimana kita bisa memaknai perjalanan?

Menjelajahi bumi Allah di luar Indonesia, adalah impian sejak dulu yang telah tertulis dalam “dreams book”  yang saya miliki. Meski pada saat menuliskannya, saya tidak pernah tahu bagaimana dan kapan akan terwujud. Tetapi saya yakin, bahwa tugas kita setelah bermimpi adalah memaksimalkan ikhtiar langit dan bumi lalui akan dievaluasi oleh Allah untuk kelayakan diri; apakah kita layak untuk mendapatkannya atau ada yang lebih baik dari impian itu.

“Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu”, demikian Andrea Hirata dalam bukunya memberikan inspirasi untuk berani bermimpi dan selalu yakin bahwa kelak Allah mewujudkannya dengan sangat luar biasa dan membuat kita kagum. Dan itu yang menjadi salah satu pelecut motivasi diri untuk benar-benar berani bermimpi dan berani untuk mewujudkannya.

Mudah? tentunya tidak. Ada banyak jalan buntu, putus asa, menyerah, dan berhenti yang selalu siap menghadang serta menyapa. Tetapi disitulah letak ujian  kelayakan diri apakah kita benar-benar memiliki kesungguhan dan komitmen diri atau sebaliknya; hanya menjadi angan-angan semata dan berlalu begitu saja. Tenggelam. Terlupakan. Terhapuskan. Dan tidak tahu lagi bahwa kita punya impian.

Setiap “pemimpi” memiliki waktu dan masa kapan impian mereka dikabulkan oleh Allah. Ada yang cepat dan lambat. Ada pula yang dikabulkan sesuai dengan harapan dan keinginannya, namun ada juga yang diganti dengan yang lebih baik dari apa yang mereka harapkan. Mengapa? Karena yang lebih paham dan tahu yang terbaik bagi mereka adalah Allah. Dan waktu itu pun tiba untuk menyapa saya. Saat Allah telah memutuskan bahwa saya sudah layak untuk meraih impian menjelajahi belahan bumi yang Allah – Luar Negeri.

Sebuah undangan dari Yayasan Santri Mengglobal datang kepada saya untuk mengikuti kegiatan International Islamic Comparative Study yang akan dilaksanakan di 3 negara; Malaysia, Singapore dan Thailand. Sebuah kesempatan yang luar biasa dari Allah dan kepercayaan besar untuk amanah ini. Sebab saya tahu, bahwa perjalanan ini bukan hanya sekedar memanjakan mata dengan keindahan negara tetangga, melainkan memiliki program yang padat tentang Pendidikan, Islami dan Budaya.

Tiga hari sebelum keberangkatan, kami diingatkan melalui grup what’s app tentang apa yang harus kami persiapakan dan tidak boleh ketinggalan. Di antaranya, tentu paspor, alat tulis menulis saat sit class di kampus NUS Singapore dan IIUM Malaysia, baju batik yang mencirikan khas Indonesia, serta persiapan kemampuan bahasa Arab dan Inggris untuk presentasi dan diskusi.

Selasa, 21 Januari 2020. Hari keberangkatan. Saya memesan tiket keberangkatan pagi dari Tarakan menuju Jakarta. Titik kumpul di meeting room terminal 2F belakang Kafe Solaria. Saya sengaja berangkat pagi, karena keberangkatan siang dari Tarakan akan tiba malam hari di Jakarta, sementara waktu breafing dan persiapan keberangkatan pada siang hari, tidak akan terkejar jika harus berangkat siang dari Tarakan.

Sebelum chek in dan memasuki ruang imigrasi, kami berkumpul dan di-breafing oleh Mas Dito selaku Founder Yayasan Santri Mengglobal sekaligus yang mengurus kegiatan tersebut. Mas Dito lulusan Studi Master di Vrije Universiteit Amsterdam, di Kajian Peace Studies (Studi Perdamaian). Ada banyak hal yang disampaikan mengenail kegiatan tersebut. Termasuk bagaimana kami harus bersikap dan bertindak selama kegiatan. Apa-apa yang tidak boleh kami lakukan dan apa yang harus kami lakukan.

Mas Dito memperkenalkan guide selama kegiatan tersebut, yakni Mbak Titis yang merupakan lulusan Master of Education, di The University of ADELAIDE, Australia. Dan juga Mas Afif yang merupakan lulusan Hubungan Internasional, di International Islamic University Malaysia (IIUM). Darinya kami banyak belajar tentang kesungguhan untuk berjuang dan berusaha mewujudkan impian. Menjadi orang di atas rata-rata dan tidak mudah menyerah, apalagi berhenti sebelum meraihnya.

Setelah sesi breafing kami menuju ruang chek in dan lanjut kebagian imigrasi untuk stempel perjalanan di halaman paspor. Sebuah pengalaman berharga bagi saya yang baru pertama kali melakukan perjalanan ke luar negeri. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan selama di bagian imigrasi, yakni tidak boleh mengambil gambar, tidak boleh merekam dan tidak boleh ribut apalagi berdiskusi. Ruang imigrasi selesai, kami melanjutkan ke ruang tunggu B2. Kami dibagian menjadi dua flight. Flight pertama jam 7 lewat dan flight kedua sekitar jam setengah 9 malam.

Perjalanan pun di mulai. Pesawat lepas landas dan menerbangkan kami ke Bandara KLIA 2 Malaysia selama dua jam perjalanan. Setelah melewati bagian imigrasi bandara dan mendapatkan stempel paspor resmi untuk di Malaysia, kami keluar bandara dan disambut oleh guide kedua yakni Mas Afif dan bagian penanggungjawab Bus perjalanan selama kegiatan berlangsung. Menunggu beberapa jam di bandara untuk penerbangan flight kedua dari Jakarta.

Welcome to Singapore

Kami memasuki negara Singapura setelah melakukan perjalanan darat menggunakan Bus dari Bandara KLI2 Malaysia sekitar 5 jam. Sebelum masuk, kami berhenti di Rest Area perbatasan Malaysia-Singapura untuk sarapan dan mandi. Juga tidak lupa mengisi form pendataan diri yang akan diperiksa di bagian imigrasi bersama dengan stempel paspor.

Tiba di bagian imigrasi kita akan disambut oleh petugas dan polisi yang berseragam lengkap dengan sejata panjang yang akan memeriksa semua barang bawaan. System pemeriksaan yang sangat ketat pada bagian imigrasi memang dikenal dari negara ini. Saya termasuk salah satu peserta yang diperiksa secara keseluruhan dari tas yang saya bawa (mungkin terlalu besar untuk ukuran tas ransel atau ada alasan lain).

Melewati bagian imigrasi yang sangat ketat, kami langsung menuju kampus terbaik pertama di Asia oleh Times Higher Education (THE) yakni National University of Singapore (NUS). Kami akan melakukan Sit Class di NUS Museum tentang pengenalan sejarah Asia Tenggar. Dipandu oleh bagian NUS Museum mereka menjelaskan tentang sejarah dan juga tentang Singapura khususnya. Peninggalan sejarah dan beragam lukisan yang menjelaskan tentang sejarah Asia Tenggara serta film documenter tentang Singapore beserta pembangunannya menjadi isi dari Museum.

Setelah sit Class  di NUS Museum, kami melanjutkan perjalanan ke Universal Studios Singapore. Dibuka pada bulan Januari 2010, yang merupakan wahana bermain Universal Studios yang pertama kali dibuka di wilayah Asia Tenggara dan merupakan yang kedua di wilayah Asia setelah Universal Studios Japan. Berlokasi di Pulau Sentosa. Beberapa wahana yang telah dibuka seperti The Lost World, Far and Away, New York, Scifi City, Hollywood Boulevard, Madagascar dan Ancient Egypt. Juga dilengkapi dengan 30 restoran dan konter makanan, 20 kios cendera mata dan beberapa fasilitas hotel, termasuk Hard Rock Hotel.

Lalu apa menariknya tempat ini selain wahana dan fasilitas tersebut? Penerapan kebersihan dan kesadaran pengelolah dan para pengunjung yang saling bersinergi. Sepanjang area kita tidak akan melihat ada sampah yang berserakah. Jangankan berserahkan, satu sampah plastic saja tidak ada. Mengapa? Karena regulasi yang jelas dan aturan sehingga para pengunjung sadar akan hal itu. Bahkan regulasinya termasuk tegas dan tidak main-main. Bagi para pengunjung yang nakal dan membuang sampah yang bukan pada tempatnya, maka mereka akan langsung dihadapkan pada pengamanan dan mendapatkan denda yang lumanya.

Satu jam menikmati Universal Studios, kami kemudian beranjak ke Garden By The Bay. Berlokasi di tepi Marina Bay Waterfront di Pusat Singapura. Sangat cocok bagi travelers yang cinta suasana alam dan dunia hortikultura. Dengan luas lebih dari 101 hektare, Garden By The Bay terdiri menjadi tiga area khusus, yakni Bay South Garden, Bay East Garden dan Bay Central Garden. Pada tahun 2013, mendapatkan penghargaan “Landscape Award”  dari World Architecture News. Juga penghargaan berbeda pada tahun 2015 dan 2019.

Satu hal yang harus kita pikirkan bahwa setiap tempat wisata bisa menjadi tempat wisata hingga menjadi level internasional, jika kita bersama-sama mengambil bagian dan kontribusi. Tidak hanya dibebankan saja bagi pengelolah atau pemerintah saja, tetapi kita yang juga sebagai penikmat dan pengunjung bisa ikut berpartisipasi juga. Apalagi di negara tercinta kita Indonesia yang begitu banyak tempat wisata dengan keindahan yang tidak kalah cantik dengan negara-negara lain.

Tidak hanya itu saja pesona dari Singapura. Tentu masih banyak lagi termasuk landmark  paling terkenal dari negara ini. Kalian pasti tahu. Merlion Park. Benar sekali. Rasanya tidak sah jika ke Singapore tidak ke tempat tersebut. Patung berkepala Singa dengan badan berbentuk Ikan. Merlion dirancang oleh Fraser Brunner untuk Badan Pariwisata Singapura (STB) pada 1964 dan dipergunakan sebagai logonya hingga 1997. Perdana Menteri saat itu, Lee Kuan Yew, meresmikan upacara pemasangan Merlion di Singapura pada 15 September 1972. Merlion tetap menjadi lambang merek dagangnya hingga sekarang. Ia juga seringkali muncul dalam suvenir yang disetujui oleh STB. Patung asli Merlion berdiri di mulut Sungai Singapura sementara sebuah replika yang lebih tinggi dapat ditemukan di Pulau Sentosa. Tinggi Merlion ini 8,6 meter dan beratnya 70 ton. Patung Merlion dibangun dari campuran semen oleh seniman Singapura, Lim Nang Seng.

Puas berkeliling ke Merlion Park, kami mengunjungi Bugis Street, lalu ke Masjid Sultan dan ke Little India. Hal menarik yang akan saya bagikan adalah tentang Masjid Sultan di Kampung Glam. Merupakan masjid pertama yang dibangun di republik itu. Hingga kini, masjid bersejarah itu masih menjadi daya tarik utama bagi wiaatawan asing yang datang ke Singapura. Struktur awal masjid ini dibangun sekitar 1826 oleh masyarakat Jawa yang kebanyakan pedagang awal di Singapura, yang menjalankan aktivitas perdagangan dengan masyarakat Arab, Boyan dan Bugis sebelum kedatangan saudagar Tionghoa. Bangunan masjid itu menjadi tempat tinggal atau kawasan permukiman awal beberapa etnik masyarakat Indonesia.  Kemudian pada 1920-an ia dibangun kembali seperti sekarang. Dan kini ia telah direnovasi dan ditetapkan sebagai produk pariwisata Singapura. Nama asli jalan-jalan berdekatan masjid tersebut seperti Kandahar Street, Baghdad Street, Arab Street dan Bussorah Street masih diabadikan.

Dari masjid Sultan, saya belajar bahwa di mana pun kita berada, selalu ada kerinduan untuk rukuk dan bersujud di rumah-Nya. Untuk bermunajat dan mendengarkan lantunan ayat-ayat-Nya dibacakan. Dan saat itu pula, Allah akan mengirimkan hamba-hamba terbaik dan pilihan untuk menjadi bagian yang berperan dan berkontribusi untuk berjuang. Meski negara ini bukan negara Islam dan menganut pemerintahan Islam, tetapi banyak hal yang kita pelajari yang berkaitan dengan Islam itu sendiri.

Seperti misalnya tentang kebersihan yang sangat penting dalam agama kita (Islam), di negara ini menerapkannya dan bahkan menjadi bagian yang sangat penting. Setiap penduduk atau mereka yang masuk ke negara Singapura tidak dibenarkan untuk membuang sampah sembarang tempat. Jika itu terjadi, maka tidak ada tawar menawar bagi mereka untuk dikenakan denda sesuai dengan aturan yang berlaku. Bukan hanya itu saja, narkoba dan obat-obat terlarang termasuk sesuatu yang sangat terlarang, pasangan homoseksual tidak dibenarkan, meski beberapa negara berkembang menganggapnya sesuatu yang wajar. Juga tentang mengedarkan gambar-gambar porno atau barang-barang porno lainnya juga terlarang. Jika kedapatan mereka akan dipenjarakan. Maka tidak heran jika negara ini sangat melarang keras untuk bermesraan atau berbuat mesum di tempat umum.

Dari perjalanan di negara tersebut, mengajarkan satu hikmah, bahwa sungguh ajaran Islam adalah sesuatu yang luar biasa dan sangat dibutuhkan oleh manusia. Meski negara ini tidak mengklaim dirinya menerapkan ajaran-ajaran Islam, namun pada kenyataan, penerapan itu telah diajarkan di agama kita (Islam). Begitulah. Kadang negara-negara yang bukan mayoritas Islam, ternyata mereka menerapkan system dan aturan yang ada dalam agama kita. Satu kalimat dalam perjalanan di Kota Singa ini; I’m Proud to be a Muslim (Islam).(bersambung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *