Masih Andalkan Gunung Rian, Objek Wisata Lain Belum Maksimal

TIDENG PALE – Objek wisata Gunung Rian di Kabupaten Tana Tidung (KTT) tidak asing lagi bagi warga Kaltara. Pasalnya, air terjun ini sangat terkenal dengan keindahan wisata alamnya yang memukau pengunjung. Bahkan, bisa dikatakan wisata alam Gunung Rian menjadi ikon wisata di KTT, bahkan Kaltara.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Tana Tidung (KTT), Ibrahim Adam menuturkan, objek wisata Gunung Rian memiliki luas sekitar 2000 hektar. Sumber air terjunnya juga berasal dari alam yang belum terganggu oleh aktivitas manusia.

Calon Gubernur Kalimantan Utara 2024-2029 Pilihanmu
1950 votes

“Gunung Rian ini kawasan hutan, yang gampang dijangkau Gunung Rian ini. Dari Malinau dekat, dari KTT juga dekat. Biasanya yang lewat di situ, mereka mampir semua mengunjungi Gunung Rian,” ungkap Adam.

Manurut Adam, wisata Gunung Rian akan dikembangkan lagi. Desa yang dekat dengan Gunung Rian akan dijadikan objek wisata budaya. “Wisata budaya itu kita rencanakan di dekat Gunung Rian itu, desa dekat situ mau kita jadikan wisata budaya,” jelasnya.

Selain objek wisata Gunung Rian, terdapat juga objek wisata Kawasan Hutan Kujau. Tempat wisata yang satu ini dikembangkan oleh masyarakat desa bekerjasama dengan pihak perusahaan yang beroperasi di sekitar desa tersebut dan dibantu pemerintah daerah.

“Agrowisata ini yang dikelola oleh (aparat) desa bekerjasama dengan kita. Menariknya, Kujau ini kawasan hutan yang dikelola perusahaan setempat, ramai dikunjungi orang karena berbatasan dengan Bulungan. Tiap minggu bisa sampai ribuan pengunjungnya,” ujar Adam.

Kawasan Hutan Kujau ini memiliki luas sekitar 1000 hektar. Pemkab Tana Tidung berencana mengembangkan museum hutan taman industri di Desa Kujau. “Itu rencana kita ke depan. Kebanyakan penduduk Kujau, warga Dayak Berusu. Wisata alam Mangrove ada aneka jenis satwa yang dikembangkan. Ada monyet Bekantan, monyet ekor panjang, burung Kenawai, Buaya mau kita kembangkan dibuat penangkaran,” tuturnya.

Bahkan, lanjut Adam, Pemkab Tana Tidung juga berupaya agar situs keramat masuk dalam wisata budaya. Upaya ini harus disampaikan ke Pemprov Kaltara agar dibantu dari segi anggaran. Tujuannya, tentu saja untuk meningkatkan pengunjung ke tempat wisata di KTT.

“Event budaya harus kita kembangkan terkoneksi dengan provinsi biar ramai jadwal kunjungan wisata. Kita ini punya (banyak objek wisata), seperti ada di Malinau, ada taman nasional, Malinau terkenal sampai keluar negeri, dari Inggris wisata penelitian, kita (KTT) terkena dampaknya,” sebutnya.

Lebih jauh dijelaskan Adam, soal pengembanan objek wisata Gunung Rian, pemerintah memanfaatkan Dana Alokasi Khusus (DAK) dari pusat pada tahun ini sekitar Rp1,3 M dan tahun lalu Rp1 M. “Kita bertahap, tiap tahun ada anggarannya. Kemarin itu adalah Rp1 M, tahun ini Rp1,3 M. APBD ada, tidak terlalu besar, tetapi untuk tahun ini belum ada,” ungkapnya.

Persoalan sarana lagi-lagi menjadi hambatan bagi wisatawan atau masyarakat yang ingin mengujungi tempat-tempat wisata di KTT. Ditambah lagi, jarak tempuh yang lumayan jauh dari Tideng Pale ke objek wisata seperti Gunung Rian membuat warga berpikir banyak ke sana. Selain itu, kendala lainnya belum ada kendaraan umum yang tersedia.

“Bagi mereka tidak punya kendaraan kesulitan mau ke sana. Kita rencanakan siapkan mobil untuk kesana untuk ke Gunung Rian, kalau Gunung Rian banyak orang sudah tahu,” jelas Adam.

“Kita belum fokus ke sana (objek wisata lainnya). KTT ini baru, jadi harus ada infrastruktur dulu. Kalau dikembangkan banyak, tapi jauh-jauh dia, ada Batu Mapan, ada sumber air panas, kita fokuskan desa yang mengembangkan kita membantu dari belakang,” pungkasnya. (arz)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *