Metode Konvensi Ala Pilpres, Efektifkah?

TARAKAN – Menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kaltara 2020 mendatang, beberapa manuver politik dari Partai Politik (Parpol), dan kandidat yang maju di Pilgub maupun Pilbup, termasuk figur yang menempuh jalur independen, menjadi perbincangan hangat di masyarakat.

Namun untuk menerawang pergerakan politik di Kaltara, beberapa masyarakat pun belum terlalu fokus melihat kandidat yang berpotensi menjadi kepala daerah di Kaltara. Sebab, dikatakan Rizki Kurniawan, warga Kelurahan Selumit, beberapa pergerakan kandidat yang bakal maju masih lambat dalam menentukan wakilnya.

Calon Gubernur Kalimantan Utara 2024-2029 Pilihanmu
1579 votes

“Kita masyarakat harus melihat juga si A berpasangan dengan siapa, bagus tidak pasangannya. Kalau selama ini yang kita ikuti di warung kopi, si A pasangan sama si B, tapi belum pasti, bingung kan mau nentukan pilihan. Kalau cepat kan (pasangan) tahu masyarakat dan juga antusias, bisa menaruh harapan kepada siapa nantinya,” sebutnya.

Baca Juga :  Mendagri Tegaskan Penjabat Kepala Daerah Ikut Pilkada Harus Mundur

“Menariknya Pilgub kali ini kuat, kan kandidatnya beragam (figurnya), mantan-mantan pemimpin Tarakan, dan beberapa kepala daerah juga di Kaltara. Tapi ya itu, kebanyakan belum tentukan wakilnya,” sambung Rizki.

Dalam Pilgub ke 2 bagi Kaltara kali ini berapa terobosan baru berupa metode seperti konvensi pun dilakukan dalam mencari pasangan politik, yang mana teknik tersebut kerap digunakan dalam Pemilihan Presiden (Pilpres).

Baca Juga :  Golkar Segera Buka Penjaringan, Syarwani Belum Nyatakan Maju Pilbup Bulungan 

Mengenai efektifnya metode nasional yang dilokalkan tersebut, pengamat politik Kaltara, Prof. Dr. Drs Adri Patton, M.SI mengatakan, metode tersebut bukanlah barang baru di Politik.

Namun ia menegaskan masih terlalu dini untuk menyampaikan analisanya. Sebab dalam Pilkada kali ini, ia harus menunggu lengkapnya kandidat yang akan maju, untuk melihat calon mana yang berpeluang, agar akurasi analisis pun sesuai yang diinginkan.

“Metode konvensi itu sudah biasalah di politik, tapi masih terlalu dini mengomentari, nanti hasilnya (analisa) kurang bagus, kan jadinya pengamatan saya jadi kurang bagus juga,” ujar Prof. Dr. Drs. Adri Patton, M.SI kepada benuanta.co.id, Rabu (27/11/2019).

Baca Juga :  Anies-Muhaimin Hadir di MK untuk Ikuti Sidang PHPU Pilpres

Tak lagi dipungkiri, selain beradu visi misi dengan program perubahan dan mengaget hati masyarakat, calon kandidat yang akan maju juga dihadapkan beradu kuat biaya politik yang tentu tak sedikit. Mengenai hal tersebut, Prof. Adri Patton pun juga menjelaskan masih harus menunggu pergerakan politik kandidat.

“Nanti ada saatnya. Ketika semua sudah dimulai, barulah kita gunakan analisis politik untuk melihat peluangnya seperti apa, partainya seperti apa dan keterkaitan lainnya,” tutupnya. (*)

Reporter : Yogi Wibawa
Editor : Nicky Saputra

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *