DULU, kita selalu membaca tulisan Reuse, Reduce, dan Recycle atau 3R di setiap tempat sampah ataun Tempat Pemrosesan Sementara (TPS). Namun, entah mengapa tempat sampah tersebut sudah jarang terlihat di Kota Tarakan.
Dari pantauan Koran Benuanta, TPS seperti ini hanya bisa dilihat di sekolah-sekolah, itu pun banyak yang sudah tua. Belum ada yang baru. TPS ini juga terpantau di beberapa tempat di Kelurahan Kampung Empat, Kelurahan Kampung Enam dan Kelurahan Karang Anyar Pantai. Tapi, tetap saja tak sebanyak dulu.
Melihat TPS yang mulai berkurang tersebut, Wali Kota Tarakan dr H Khairul MKes tampaknya ingin kembali menghadirkan program pengolahan sampah tersebut. Seperti kita ketahui, program ini dilakukan untuk memilah sampah organik menjadi pupuk. Sementara untuk sampah non-organik diharapkan bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan ekonomi kreatif.
“Saat ini kita telah mendapat beberapa bantuan terkait program TPS 3R. Salah satunya bantuan dari pemerintah pusat. Telkom rencananya juga akan melakukan Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan dengan TPS 3R nantinya,” ungkap dr Khairul belum lama ini.
Dengan bertambahnya program TPS 3R, kata dia, diharapkan dapat mengurangi volume sampah yang dibuang ke tempat pembuangan. Sehingga Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di Tarakan tidak cepat kepenuhan atau ‘overload’. “Sekarang sudah ada hampir 10 TPS 3R di Tarakan. Tahun ini kita ada tambahan 2. Insyaallah mungkin tahun depan ada 2 lagi,” sambungnya.
Nantinya, program ini akan berjalan berdampingan dengan program Sampah Semesta. Kedua program ini merupakan sebuah metode Pemkot Tarakan yang dikelola sesuai perundang-undangan yang berlaku. Tujuannya agar lingkungan kota menjadi semakin bersih dari sampah.
Salah satu upaya pengolahan sampah di TPA harus menggunakan sistem Sanitary Landfill. Pengolahan sampah dengan cara ini adalah membuang dan menumpuk sampah di lokasi cekung, memadatkannya dan kemudian menimbunnya dengan tanah.
“Itu yang sedang kita rencanakan nanti di TPA yang baru. Sedangkan, untuk TPA lama masih jadi pendamping dan belum kita terapkan. Perlu waktu dalam membenahinya dan mudah-mudahan ada progress (kemajuan) lebih baik di tahun depan,” terangnya.
Khairul menjelaskan, ada sedikit masalah terhadap lokasi awal untuk TPA yang baru. Karena berada cukup dekat dengan permukiman dan dikhawatirkan dapat berdampak kepada kehidupan sehari-hari masyarakat di sana. Sehingga, mau tidak mau, pemerintah harus memulai kembali dari perencanaan awal.
Kata Khairul, TPA yang baru rencananya dibangun di Juata Kerikil. Pembebasan lahannya sudah selesai dan sedang menunggu proses sertifikasi lalu diserahkan ke Balai Cipta Karya untuk diteruskan menjadi pekerjaannya tahun depan. Dalam proyek ini, Pemkot berperan sebagai penyedia lahan, sementara untuk anggaran dan lain-lainnya berasal dari pusat. (ren)