Tarakan Harus Ramah dengan Pejalan Kaki

TARAKAN – Peningkatan jumlah kendaraan di Kota Tarakan yang tak diikuti oleh perkembangan sarana dan prasarana jalan turut mendapat tanggapan dari Rektor Universitas Kaltara Prof Dr H Abdul Jabarsyah Ibrahim MSc PhD. Menurutnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Tarakan mesti melakukan redesain tata ruang agar peningkatan jumlah kendaraan tak berdampak pada lalu lintas.

“Setiap tahun penambahan jumlah kendaraan terus berlangsung, sementara tidak ada penambahan ruas jalan baru. Yang harus dilakukan Pemerintah Kota Tarakan untuk menghindari kemacetan adalah redesain tata ruang,” ungkap Prof Jabarsyah.

Dia mencontohkan, di jalan-jalan protokol, seperti Jalan Yos Sudarso dan Jalan Jenderal Sudirman didominasi toko bangunan. Toko-toko ini dinilai layak direlokasi kepada tempat-tempat khusus usaha material bangunan. Relokasi ini penting, agar sepanjang jalan tersebut tidak terkesan kumuh.

Baca Juga :  Waduh! Tanah Warisan Tidak Terurus Bakal Diambil Alih Negara

“Ada segmentasi, baru kita memperbaiki. Apakah perlu pedestrian untuk mengurangi kemacetan, serta memperbaiki ruang-ruang publik,” jelasnya.

Penataan ruang di Kota Tarakan sangat diperlukan agar bangunan tidak terlihat seperti yang kurang tertata. Sejauh ini, seperti yang saat dipantau Jabarsyah, Kota Tarakan tidak tertata dengan baik.

“Kalau mau di Tarakan itu tidak macet, indah dilihat, maka harus diatur. Bangunan, bentuk bangunan di jalan protokol, tinggi dari badan jalan harus sesuai. Sekarang ini malah terlihat semrawut,” jelasnya.

Baca Juga :  Pasca Lebaran Jumlah Penduduk Tarakan Bertambah

Apakah dibutuhkan jalan alternatif untuk mengurai kemacetan? Jabarsyah mengaku, kota ini sangat membutuhkannya. Namun, Jabarsyah kembali menekankan perlunya penataan kota. Penataan ini harus diatur lebih tegas. Jika sudah ditata ulang, maka Pemkot Tarakan akan mudah memikirkan langkah selanjutnya membangun jalan alternatif atau melakukan peningkatan jalan.

Yang paling penting, lanjut Prof Jabarsyah, jadikan Kota Tarakan sebagai kota yang ramah bagi pejalan kaki. “Dari bandara orang ke Simpang Tiga jalan kaki kan lebih enak itu, sampai ke Swiss Belhotel, itu yang perlu di perbaiki. Jadi, Tarakan jadi kota yang ramah pejalan kaki untuk menghindari kemacetan. Artinya, kalau orang jalan kaki, tidak kepanasan, tapi nyaman. Harus ada redesain, membuat nyaman orang jalan kaki di Tarakan,”  harapnya.

Baca Juga :  Pemerintah Berikan Kompensasi 60 Persen dan Pelatihan kepada Karyawan di PHK

Dia kemudian membandingkan beberapa kota besar di Indonesia yang sudah menerapkan redesain kota. Jakarta misalnya, yang semula banyak jembatan penyeberangan, kini lebih banyak trotoar yang tertata dan dilengkapi fasilitas yang membuat nyaman pejalan kaki.

“Yang penting bagaimana Tarakan menjadi kota ramah bagi pejalan kaki. Harus ada pedestrian yang lebar, indah dan bagus. Bukan hanya untuk aktifitas pejalan kaki, bisa tempat aktifitas anak muda, main musik atau lainnya di atas trotoar,” tutup Prof Jabarsyah. (raz)

WhatsApp
TERSEDIA VOUCHER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *